Balangpesoang, (Humas Bulukumba) – Sosok guru dapat dianalogikan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena membicarakan sosok seorang guru, selalu ada sisi yang tak mampu terwakilkan melalui rangkaian kata-kata untuk mengungkapkan jejak mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Begitu juga halnya Imran, S. Pd. I, guru honorer MIN 2 Bulukumba yang rela pisah rumah dengan istri serta anak-anaknya demi melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik.
Imran merupakan seorang Sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mulai tercatat resmi mengajar sebagai guru honorer mulai tahun 2005 di madrasah yang ada di perbatasan Bulukumba-Sinjai.
Tak sedikit tantangan yang dialami Imran selama 17 tahun mengajar. Salah satunya adalah harus rela pisah rumah dengan istri serta 2 anaknya yang berada di Takalar.
Hal yang membuat beliau merasa sangat sedih ketika beliau tidak sempat melihat anak sulungnya berangkat ke Morowali lantaran bertepatan dengan ujian praktek kelas 6."Bagi saya inilah konsekuensi yang harus saya terima dalam menjalankan tugas bangsa" ungkap bapak dua anak ini dengan sedih. Jumat, (20/052022).
Imran termasuk yang beruntung sebab istri dan anaknya mengerti dengan kondisinya. Terlebih, sang istri yang sudah paham dengan tugas dan kewajiban Imran sebagai guru madrasah. Sang istri juga turut membantu menutupi kebutuhan keluarga dengan berjualan di pasar Takalar.
"Istri saya adalah sosok yang sangat mendukung saya. Beliau tidak pernah mengeluh malahan sangat membantu saya." tegasnya.
Pengabdian Imran sebagai guru honorer selama 17 tahun patut mendapat apresiasi dari Pemerintah. Karena kenyataannya bahwa banyak guru honor yang mengabdi sudah sangat lama namun tidak masuk dalam kriteria umur untuk mendaftar CPNS maupun PPPK , bahkan ada guru honorer yang sampai sekarang masih mengabdi padahal sudah lanjut usia, mestinya diberikan kesejahteraan atau paling tidak diberikan tunjangan transportasi selama mengajar.
"Saya sangat salut atas perjuangan beliau sebagai seorang guru, terutama sebagai pembina kesiswaan. Ketika ada pelaksanaan festival anak soleh di desa Balangpesoang, ia rela menempuh perjalanan berkilo-kilo menggunakan sepeda motor menuju ke kediaman sang murid untuk menjemput dan mengantar siswa tersebut yang akan mengikuti lomba" ujar Bustani Arif, salah satu teman seperjuangan Imran di MIN 2 Bulukumba.
Harapan beliau semoga di libur semester ini, bukan hanya siswa saja yang diberi libur tetapi guru juga bisa diberi libur agar bisa berkumpul bersama keluarga, apalagi di madrasah ini banyak guru yang tinggal berjauhan dengan keluarga mereka. (NRT/JSI)