Inflasi Gelar Akademis

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Oleh : Subairi

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria

 Ironisme menggambarkan betapa kondisi sekarang ini sudah terjadi sebuah  fenomena inflasi gelar akademis, sehingga ketersediaannya melampaui tingkat kebutuhan. Akibatnya, nilai di dunia kerja semakin merosot. Lebih dari itu, sekolah-sekolah hanya membunuh kreatifitas para siswa. Maka, harus dilakukan revolusi di bidang pendidikan yang lebih mengutamakan pembangunan kreatifitas.

Fakta lokal dan kondisi global tersebut harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Persepsi kultural dan sosial yang mengangankan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin mudah mendapatkan pekerjaan adalah mimpi di siang bolong!

Kalau kita mau jujur, rasa-rasanya memang sudah sangat lama kita merindukan hadirnya sebuah sekolah yang benar-benar memanusiakan anak didiknya.Selama ini sekolah hadir lebih banyak sebagai lembaga pembelajaran yang hanya mengedepankan aspek kognitif, padahal setiap anak didik memiliki bukan hanya ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik. Penting untuk disadari bahwa dua ranah yang terakhir ini juga perlu dikembangkan. Bahkan sudah banyak buktinya bahwa dua ranah yang terakhir ini justru yang amat menentukan bagi kesuksesan seseorang di dunia kerja.

Kita harus mampu membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran diartikan sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik atau peserta didik. Sedangkan pendidikan dimaknai sebagai proses menuntun dan membimbing para murid agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi menusia yang selamat dan bahagia, baik di dunia maupun akhirat.

Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga keperguruan tinggi? Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai. Mindset dan doktrin  seperti ini harus kita rubah agar kehidupan kita semakin membaik dan bisa beradaptasi dengan zaman dengan banyak belajar tanpa mendikotomikan ilmu pengetahuan dengan memprorioritaskan satu jurusan dengan jurusan yang lainnya.

 Editor : Hamzah Alias


Daerah LAINNYA