Agama Hadir untuk mengatur hubungan manusia dengan alam dan hubungan Manusia dengan Tuhan YME. Hubungan manusia dengan Tuhan YME diatur secara apik dan komprehensif dalam segudang ibadah. Pelaksanaan ibadah dalam waktu yang telah ditentukan merupakan bagian dari keutamaan dan kesempurnaan suatu ibadah.
Dalam Islam, Ramadhan adalah bulan ibadah, di mana pahala segala amal dilipatgandakan bahkan ditetapkan jenis ibadah wajib yang khusus hanya dilakukan pada bulan itu saja yaitu puasa. Bertekad meninggalkan sesuatu yang halal dikerjakan di luar Ramadhan seperti makan, minum dan hubungan suami istri dalam batas waktu tertentu merupakan sebuah prestasi luar biasa.
Tidak semua orang mampu menjaga komitmen yang telah dilafazkan dengan lidah dan dialirkan maksud tujuannya di dalam hati sanubarinya. Karena itu, keistimewaan puasa akan sangat terasa jika kita mampu memanfaatkan setiap detik kehidupan dengan bermacam ibadah, sehingga keistimewaan puasa dapat teraktualisasi dalam kehidupan kita.
Tidak akan bermakna apa-apa bagi kita selama kita sendiri tidak memaknai kekhususan yang terdapat di dalamnya. Puasa dijadikan begitu istimewa seperti dituturkan Allah SWT melalui Rasul-Nya: “Segala amal ibadah anak Adam adalah miliknya kecuali puasa. Ia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya”. (HR Bukhari). Dengan segala ‘fasilitas’ dan ‘motivasi’ yang sedemikian itu, diharapkan umat muslim mampu memanfaatkan puasa ini dengan sebaik-sebaiknya untuk melatih diri sehingga menjadi hamba yang mampu menyelesaikan sesuatu tepat pada waktunya. Memaknai ibadah puasa dalam membentuk jati diri harus cermat dalam mengoptimalkan pemanfaatan waktu, tidak berarti kita berlebih-lebihan pada ibadah puasa ini saja dan untuk ibadah lainnya terabaikan. Karena aktualisasi makna puasa itu justru terdapat dalam ibadah lainnya. Puasa harus menjadi titik tolak perjalanan kehidupan muslim di sepanjang hayatnya.
Dengan kata lain, nilai optimal puasa baru bisa kita dapatkan jika kita menempatkan puasa ini sebagai inspirasi dan momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita. Puasa diciptakan oleh Allah lengkap dengan fasilitas dan kemewahannya untuk dimanfaatkan manusia sebagai madrasah kehidupan yang melatih dan mempelajari pola kehidupan yang menghargai waktu. Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat memperhatikan kedisiplinan dalam menjaga perjalanan waktu seperti niat berpuasa tidak boleh melebihi waktu terbit fajar dan berbuka puasa juga harus setelah terbenam matahari. Berniat pada malam hari adalah latihan disiplin tingkat awal.
Tidak mudah bagi seseorang untuk berdisiplin masalah waktu, bila tidak dibiasakan atau dilatih beribadah tepat waktu. Hanya mereka yang pernah merasakan nikmat ibadah puasa yang bisa ketularan menjadi disiplin. Rasulullah SAW sudah menekankan umat muslim bagaimana kiat untuk belajar disiplin waktu. Dalam sabdanya bahwa; jika hari ini lebih baik dari kemarin, kita termasuk orang yang beruntung, akan tetapi jika hari ini kita sama dengan kemarin kita termasuk orang yang merugi. Dan lebih gawat lagi kalau hari ini lebih jelek dari kemarin maka kita termasuk orang yang dilaknat Allah.
Puasa ramadan telah memberi inspirasi dan pelajaran tentang pentingnya mematuhi perintah dan larangan yang berintikan kedisiplinan. Indonesia sebagai bangsa yang sedang dalam proses bangkit dan maju, harus mulai menegakkan dan mengamalkan kedisiplinan dalam seluruh aspek kehidupan. Pada tahap awal untuk menuju proses pembudayaan disiplin, pemerintah harus memiliki kemauan yang kuat dan keberanian politik untuk menegakkan disiplin secara konsekuen dan konsisten dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setegas dan sesempurna apapun aturan yang dibuat untuk “mendisiplinkan atau memaksimalkan Kedisiplinan seseorang” bilamana yang bersangkutan secara pribadi memiliki penyakit pada komitmennya yang sering disebut cacat komitmen, maka aturan tersebut tidaklah memiliki arti ada apa pada dirinya, disinilah perpaduan integritas dan komitment sangat diperlukan. Akumulasi dari sebuah Integritas dan komitmen untuk tidak meninggalkan puasa disertai dengan tekad yang kuat untuk mempermanenkannya dalam kehidupan nyata dan merasa terus diawasi oleh Allah SWT, maka seseorang yang beribadah dan mengabdi ditempat manapun tidak akan pernah mentolerir pencemaran ibadahnya dengan perilaku yang tidak baik seperti tidak tepat waktu menjalankan tugasnya.
Segala perangkat undang-undang yang mengatur tentang kedisplinan harus tetap disiapkan bahkan diperbaharui seiring perkembangan dan perubahan zaman, dan pemberian hukuman (punishment) bagi pelanggar undang-undang harus ditegakkan. Sebaliknya masyarakat dan Aparat yang disiplin dan taat hukum serta undang-undang, layak mendapat penghargaan (reward) dari negara.
Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk Merefresh dan Mengimplementasikan Ajaran Kedisiplinan Sosial Religiusitas kita khususnya bagi Aparatur Pemerintah yang bergelar Sang Pelayan Rakyat dan Umat” guna meraih kejayaan dunia dan akhirat. Semoga puasa ramadan dapat dijadikan sebagai langkah awal (starting point) untuk memulai menegakkan dan mengamalkan disiplin di seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena Hanya masyarakat, bangsa dan negara yang disiplin, dapat bersaing dan bangkit meraih kemajuan serta kejayaan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Mohon maaf lahir dan bathin.(wrd-Red)
**Mawardi Siradj, S.Ag
(Penyusun Bahan siaran dan Pemberitaan pada Subbag Inmas Kanwil Kemenag Prov. Sulsel)