Penyuluh Kemenag Tator Turut Andil Dalam Ritual Massura' Tallang Pada Perayaan Hari Jadi Tana Toraja

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Ge'tengan, (Inmas Tator) - Kolosal, mungkin kata ini yang pas untuk menggambarkan kemegahan dan kemeriahan acara perayaan hari jadi Kab.Tana Toraja ke 61 dan Toraja ke 771 yang dihelat di Kelurahan Rantekalua' Kecamatan Mengkendek. Juma't, 31 Agustus 2018.

Ribuan pasang mata membanjiri lapangan yang disulap layaknya panggung raksasa ini. Selain tari-tarian, acara yang dihadiri oleh Pejabat Gubernur Soni Sumarsono dan pejabat Sekretaris Provinsi Sulawesi Selatan Tau Toto Tana Ranggina ini, juga menampilkan atraksi To Manganda’, To Ma’randing, Parade Pakaian Adat Nusantara, Pa’katekka, serta ritual leluhur yang sudah jarang kita temui yang merupakan bagian dari peribadatan penganut kepercayaan Aluk Todolo, yaitu Aluk Massura’ Tallang. Ritus ini meliputi Kapuran Pangngan, Sesajen Kurban, Ma’nasu Kurban, Belundak, Pokon, Katupa, Ma’pesung, Masserek bane’, Ma’kurinni, dan Ma’mammang.

Adalah Mujayanto Panglaa, salah seorang dari 2 penyuluh agama Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kab.Tana Toraja yang turut andil pada ritual Massura' Tallang ini. Penyuluh yang berstatus Non PNS ini, 1 minggu sebelum puncak acara digelar, dia sering kali bolak balik ke Ge'tengan yang berjarak 15 kilometer dari Kantor Kemenag guna mempersiapkan pemondokan dan properti ritual leluhur yang akan dilakonkan.

Kakan Kemenag Tana Toraja H.Muhammad yang turut hadir, mensupport penuh keterlibatan Mujayanto pada ritual yang digelar oleh pemeluk "agama" aluk todolo di lokasi perayaan hari jadi Tana Toraja ini.

"Walau Aluk Todolo belum diakui pemerintah sebagai sebuah agama, dan dinyatakan berafiliasi kedalam agama Hindu, namun ritual peninggalan leluhur atau nenek moyang orang Toraja ini patut diapresiasi. Karena ini adalah keyakinan mereka. Untuk itu saya mendukung salah satu penyuluh agama hindu yang turut andil pada ritual ini", ungkap Muhammad.

Pagelaran yang bertemakan Budaya Toraya Perekat Bangsa yang dihadiri pula oleh beberapa bupati ini, memberi tempat dan kesempatan yang sama bagi perwakilan semua agama untuk performance, seperti tampilnya Tim Kasidah Majelis Taklim Mamullu dan Kampis mewakili komunitas muslim Toraja.

Pasangan Nicodemus dan Victor Batara memang dikenal sebagai tokoh pluralis yang menjunjung tinggi perbedaan dan keberagaman serta keberagamaan di Tana Toraja, sehingga di Bumi Lakopadada ini kita tidak menemukan adanya dikotomi mayoritas-minoritas dan dikotomi muslim-non muslim.

Soni Sumarsono mengapresiasi haul ini. Menurutnya, 3 pilar yang digaungkan Pemkab Tana Toraja yakni Jangan Biarkan Rakyatku Lapar, Jangan Biarkan Rakyatku Sakit, dan Jangan Biarkan Rakyatku Bodoh adalah merupakan inti dari tugas pemerintah di berbagai tingkatan. "Saya memberi apresiasi kepada Pak Bupati dengan tiga program ini, yang menurut saya, di situlah inti dari tugas pemerintah,” ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Penjabat Gubernur Sulsel, Soni Sumarsono disematkan gelar adat Toraja oleh Tominaa Marten Ruru’, sebagai simbol bahwa ia telah dianggap sebagai warga kehormatan masyarakat Toraja. (AB/arf).


Daerah LAINNYA