Temui Uskup Agung Makassar, Kakanwil Kemenag Sulsel Diskusi Peran Majelis Agama

Makassar, HUMAS KEMENAG -  Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, H. Muh. Tonang berkunjung ke Gereja Katedral Makassar untuk menemui Uskup Agung Makassar Mgr. Johannes Liku Ada', Senin 6 Mei 2024.

Silaturahim bersama Uskup Agung Makassar ini merupakan kali pertama sejak Muh. Tonang  dilantik sebagai Kakanwil 26 Maret 2024 lalu. Dirinya berkunjung didampingi Kepala Bagian Tata Usaha H. Ali Yafid dan Pembimas Katolik Paulus Palondongan serta Ketua Tim KUB H. Mallingkai Ilyas.

“Kita berkewajiban bersilaturrahim dengan semuanya. Kami bersilaturrahmi dengan semua majelis agama, karena kami sadar, kami tidak ada apa-apanya di Kemenag tanpa majelis agama,” ucap Tonang mengawali perbincangan.

Lanjut dikatakan, hubungan baik dengan semua majelis agama patut dirawat karena merekalah yang menjaga umat.

“Pemerintah hanya memfasilitasi saja. Tugas kita sesungguhnya adalah merawat dan melestarikan nilai-nilai kemanusiaan. Yang membedakan kita cuma agamanya, tapi pada dasarnya kita sama-sama umat manusia,” imbuhnya.

Pada pertemuan kedua tokoh ini, Tonang kemudian meminta kesediaan Uskup Agung bersama umat Katolik untuk turut mendoakan korban terdampak dari bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulsel.

Menanggapi kehadiran Kakanwil bersama rombongan, Uskup Mgr. Johannes Liku Ada' atas nama Keuskupan Agung Makassar dan umat Katolik menyampaikan ucapan terima kasih atas kunjungan ini.. 

"Terima kasih atas kunjungan Bapak Kakanwil. Perhatian pejabat dan Kemenag kepada umat Katolik juga luar biasa selama ini,” ujar Uskup Agung.

Lebih lanjut Uskup Agung kelahiran Sangalla Tana Toraja tahun 1948 ini mengatakan, setiap manusia pertama-tama terlahir sebagai manusia, kemudian beragama. “Jadi hubungan pertama itu adalah hubungan kemanusiaan kemudiaan persaudaraan keagamaan,” ungkapnya.

Mengenai permintaan pembacaan doa bersama untuk korban bencana di Sulsel, Uskup menjawab bahwa di Keuskupan Agung telah ada tim khusus penanganan musibah yang akan bekerja secara otomatis tanpa diminta bilamana terjadi bencana.

“Di tingkat Keuskupan namanya Camar - Caritas Makassar, tingkat Nasional namanya Carina - Caritas Indonesia, dan Caritas internaional. Selalu ada koordinasi berjenjang dalam memberi bantunan kepada sesama tanpa melihat latar belakang agama dari korban,” tuturnya.

Di akhir penyampaiannya, Uskup Agung mengatakan bahwa banyak pihak yang beranggapan jika prinsip sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi masyarakat Sulsel sudah hilang, khususnya di  lingkungan anak muda.

“Na justru ketika terjadi bom bunuh diri di katedral ini, ada 45 Ormas Pemuda menemui saya menyampaikan pernyataan duka cita dan memasang seuntai pita bentuk hati dan sekuntum bunga mawar di lengan saya. itu simbol hati, simbol turut berduka, tanpa kata-kata. Dukamu adalah duka kami juga. Jadi tidak benar jika prinsip itu sudah hilang,” tandasnya. (AB)


Wilayah LAINNYA