KUA

Aliran Sempalan Resahkan Warga, KUA Tompobulu Kaji Ajaran dan Bina Eks Pengikutnya

Kepala KUA Tompobulu Danial bersama jajaran saat berkomunikasi dengan aparat desa terkait aliran sempalan Agamana Agamayya (foto: Ist)

Tompobulu (Humas Maros)-KUA Kecamatan Tompobulu mendalami kasus aliran sempalan yang meresahkan warga Desa Bontosomba, Rabu (6/9/2023).

Bertemu Kepala Dusun Cindakko Sulaiman, dan Kepala Desa Bontosomba Suparman, Kepala KUA Tompobulu Danial, bersama para penyuluh agama mengkonfirmasi aduan warga terkait keberadaan aliran sempalan yang bernama ‘Agamana Agamayya’.

Sebelum bertemu aparat desa terkait, jajaran KUA Tompobulu juga meminta tambahan informasi kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan pusat kegiatan aliran sempalan tersebut.

Berdasarkan beberapa keterangan yang terhimpun, menurut Kepala KUA Danial, aliran sempalan Agamana Agamayya dibawa oleh orang dari Kolaka, Sulawesi Tenggara.

“Awalnya menyamar sebagai dukun dan mengobati orang. Secara diam-diam dia mengajarkan pahamnya dengan media hipnotis dan pengikutnya setia serta merahasiakan hal ini ke orang lain.

“Sekarang, pembawa aliran ini sudah meninggalkan tempat. Terdengar kabar banyak orang yang terhipnotis dan menyerahkan harta bendanya,” jelasnya.

Danial menambahkan, aliran ini meskipun baru satu bulan melakukan kegiatan di Desa Bontosomba, tapi sudah memiliki 30 pengikut. Beberapa aktivitas mereka, juga diklaim telah meresahkan warga setempat.

“Berdasarkan keterangan dari Pak Desa, sudah banyak korban. Warga telah menyerahkan harta berupa uang, emas, benda pusaka, dan benda-benda berharga lainnya. Banyak juga yang resah keluarganya karena bertengkar antara suami istri, kalau ada salah satu di antaranya yang belum ikut, masuk dalam aliran tersebut.”

“Pengikutnya kadang terkesan terhipnotis dan seperti kemasukan jin,” lanjut Danial merujuk keterangan Kepala Desa Suparman.

Ritual keagamaan yang dianggap ‘beda’ daripada tata cara ibadah pada umumnya, Danial menyampaikan, “Kalau salatnya kayak orang menggigil dan gemetaran. Kalau takbir dia ‘menyatukan dua telapak tangan’ seperti emoji minta maaf atau terima kasih. Sebelum bersedekap, terlebih dahulu memindah-mindahkan sedekapnya 3 kali: dari bawah, ke tengah dan terakhir di atas dada.

“Kalau syahadat, belum ada kejelasan detail narasinya. Yang pasti katanya berbeda dari yang umum.

“Ini menurut ceritanya Pak Desa yang dia dapat dari laporan warga,” jelas Danial.

Bahkan ada keterangan warga terkait pembawa aliran Agamana Agamayya. “Segala macam dan sudah tidak masuk di akal, tapi heranka’ kenapa masih warga terlalu percaya. Ada yang mengatakan bahwa dia bisa menghidupkan orang mati, dia yang menerima amal salat dan puasa, ibadah haji di Gunung Bawakaraeng lebih sah dan masih banyak lagi. Saya sudah mengingatkan kalau itu bohong tapi dia tidak percaya,” jelas warga.

Terkait pertanyaan, apakah ini murni penipuan ekonomi berkedok aliran keagamaan? Kepala KUA Danial, akan mendalami lebih detail. Pun termasuk ajaran dan tata cara keagamaan ‘yang dianggap memisahkan diri’ dari ajaran mainstream.

Yang pasti, KUA Kecamatan Tompobulu dan pemerintah desa setempat sudah menemukan titik temu komitmen, bahwa 30 warga desa pengikut merupakan korban.

“Penyuluh Agama Islam KUA Tompobulu akan bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk melakukan pembinaan berkala kepada eks pengikut Agamana Agamayya,” tutup Danial. (Ulya)

 


Daerah LAINNYA