Maros (Humas Maros)-Haul ke-3 Anregurutta Sanusi Baco berpusat di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum (PPNU) Soreang, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros.
Pesantren ini, merupakan di antara bentuk wadah perjuangan Anregurutta dalam membangun masyarakat dan membina umat.
Seperti yang disampaikan Nur Taufik Sanusi, putra Anregurutta, yang mengungkap bagaimana perjuangan Anregurutta dalam mengembangkan pembinaan umat dan membangun pesantren, Nahdlatul Ulum.
“Inilah pesantren, untuk mendidik menjadikan orang baik. Dan memberikan manfaat kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,”
Biro Kesra Pemprov Sulsel Syamsuddin, juga menyampaikan jasa-jasa Anregurutta Sanusi Baco.
“Beliau sosok yang tak henti-hentinya menginsipirasi dan memberikan teladan kepada kita. Jejak kebaikan yang dalam, kepada setiap yang pernah berinteraksi. Sosok yang penuh kasih sayang dan kepedulian kepada sesama.”
“Sepatutnya kita mengenang jasa beliau, dalam banyak hal juga berkontribusi positif pembangunan masyarakat dan umat. Semoga kita bisa mengikuti jejak kebaikannya,” jelasnya, Kamis (30/5/2024) pagi di hadapan forum penamatan santri-santriwati PPNU Soreang.
Malamnya, puncak acara haul. Jelang isya, para tamu mulai berdatangan di pesantren, termasuk Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Maros H. Muhammad beserta jajaran.
Hadir, Ketua PWNU Sulsel Prof. KH. Hamzah Harun, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari, akademisi UIN Alauddin Makassar Prof. Firdaus Muhammad, dan Ketua PCNU Maros KH. Ibnu Hajar Arif beserta jajaran pengurus Banomnya.
Irfan Sanusi putra tertua Anregurutta Sanusi, selaku sahibul bait menceritakan bagaimana kesetiaan Anregurutta kepada sang istri Hj. Sitti Aminah Adam. “19 tahun, Beliau menyendiri dan mempertahankan cinta sejatinya.”
Selanjutnya, Irfan menuturkan dengan berderai air mata bagaimana perjuangan Anregurutta: dalam keluarga dan selalu memikirkan umat.
Terlihat di podium utama, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari, sesekali mengusap dengan tisu air matanya.
“Almarhum adalah ayah kita semua, tokoh agama yang sangat patut dikenang perjuangan, nasehat tentang hidup sederhana di dunia.
Haul ini menjadi pemersatu kita semua. Di saat kita tidak bisa bertemu setiap hari.”
Terlebih saat testimoni yang disampaikan Firdaus Muhammad saat mengutip karya bukunya ‘Setia di Jalan Dakwah’.
“Ketika Sanusi kecil memancing, dapat ikan dikeringkan dan dimasak, harapannya ia akan makan enak dengan lauk ikan hasil pancingannya. Ternyata datang tamu, dan ikan hasil pancingannya dihidangkan, habis tak ada sisa. Sehingga, Sanusi kecil tidak bisa dinikmati. Sanusi kecil menangis, di situlah datang Besse Dg. Ratu, ibunya mendatangi dan menyampaikan bahwa memuliakan tamu lebih utama. Hormati tamu, berikan yang terbaik.”
“Di sinilah momentum dan nasihat bagaimana, Anregurutta selalu menghargai tamu. Siapa saja. Selalu senyum, kalau kita mulai berpamitan dan memakai sendal”
Firdaus juga menyampaikan siapa Anregurutta di mata KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).
“Kiai Sanusi Baco itu seperti ikan yang dicabut duri-durinya. Semua yang makan enak. Begitulah Kiai Sanusi, semua yang bertemu dengannya akan enak perasaannya.”
“Namun, ada dua yang membuat Anregurutta sedih: pertama saat meninggal Ibunya dan yang kedua saat meninggal Ibu dari anak-anaknya.” (Ulya)