Maros (Humas Maros)-Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Maros menjadi narasumber dalam dialog keberagamaan dan kebangsaan. Kegiatan digelar Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kabupaten Maros.
Kakankemenag Maros Muhammad, saat awal materi menyampaikan bahwa, dalam konteks kebangsaan moderasi beragama itu merupakan sesuatu yang wajib.
“Moderasi beragama merupakan cara beragama yang tidak ekstrem dan liberal. Ektrem itu menganggap diri benar dan yang lain dianggap salah. Kalau liberal menganggap semua agama sama,” jelas Kakankemenag Muhammad di hadapan 100 peserta dialog yang berlangsung di Pondok Pesantren Ilmul Yaqin Tompobulu, Maros, Sabtu (18/11/2023).
Selanjutnya, Kakankemenag menjelaskan tentang prinsip-prinsip moderasi beragama. “Pertama moderat, di tengah, maka harus menghargai yang lain. Tidak merasa benar sendiri.
“Kedua toleransi. Apa itu? Menghargai perbedaan: suku, ras, dan agama. Prinsip moderasi beragama tidak boleh membuat orang merasa terhina. Dua prinsip yang paling utama. Menghargai keyakinan orang lain, agamanya.”
Kemudian, Kakankemenag Muhammad, mengajak seluruh peserta dialog untuk bersikap toleran, karena konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, plural, terdiri dari berbagai suku bangsa.
“Menghargai keyakinan agama orang lain itu penting, kenapa? Negara kita berketuhanan, maka yang tidak bertuhan, tidak boleh di Indonesia. Negara ini mengakui bahwa semua penganut agama dijamin kebebasannya untuk menjalankan ajarannya. Karena mereka semua punya Tuhan, yang membedakan cara bertuhan, konsep ketuhanan. Tidak ada ajaran agama yang memerintahkan untuk membunuh, mendholimi orang. Tidak ada.
“Terakhir, bahwa apa yang telah dicontohkan oleh pendahulu kita tentang moderasi beragama sudah berjalan dengan baik.
“Siapa yang jagai kalau saudara kita yang Nasrani melaksanakan ibadah Natal? GP Ansor!,” seru Kakankemenag Muhammad disambut tepuk tangan seluruh peserta.
“Ini contoh menghargai keyakinan agama lain. Ajaran agama saling menghormati dan memberikan kebaikan. Inilah yang dimaksud toleransi, saling menghargai.
“Ada anak sekolah, dilarang hormat Bendera Merah-putih, katanya dapat mencederai imannya. Samakah menghormati dan menyembah? Ini bentuk memberi penghormatan jasa para pahlawan, sehingga Bendera Merah-putih berkibar dan kita memperoleh kemerdekaan.
“Belajar dengan baik. Lanjutkan moderasi, bukan hanya moderasi beragama, tapi juga moderasi sosial. Supaya bangsa kita menjadi lebih baik. Kalianlah yang akan melanjutkan, sikap toleran. Jangan menjadi ekstremis,” tutupnya.
Selain Kakankemenag Muhammad, hadir sebagai pemateri: Abrar Rahman, Muhammad Agus, dan Muhammad Fathul Faqih Hajar. (Ulya)