Maros (Humas Maros)-Kasubbag TU Kemenag Maros H. Abdul Kadir, menyampaikan program prioritas moderasi beragama. Dan salah satu kata kuncinya, penghargaan tradisi lokal.
Hal ini disampaikan saat peringatan maulid Nabi Saw, MTsN 2 Maros, Selasa (15/10/2024).
Kemudian, dirinya menyampaikan strategi dakwah para ulama nusantara dengan metode akulturasi budaya, pembauran budaya dengan Islam. “Hal ini juga terjadi di masyarakat Bugis Makassar.
“Di Bugis-Makassar, juga ada proses ini. Islamisasi budaya. Ini yang harus dihargai, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
“Kaitannya peringatan maulid Nabi, ada songkolo dan telur, ulama mengambil dakwah simbolik. Maulid pakai telur, dan itu melambangkan kehidupan kita di dunia ini. Telur itu bibit. Kalau bagus akan menetas jadi ayam, pelanjut kehidupan baru. Ini gambaran kehidupan di dunia ini.
“Telur juga terdiri tiga lapis, maknanya ajaran Islam terdiri dari tiga: iman, Islam dan ihsan. Lapisan awal, putih dan kuning telur. Secara tidak langsung, ulama menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan simbol-simbol ini,” jelasnya.
Tapi yang menjadi problem kemudian, Abdul Kadir menyebut, makna ini terkadang tidak sampai dan tidak diungkapkan kepada masyarakat. “Maka ada yang menolak kearifan ini, bahkan ada yang menyebut bid’ah dan sebagainya. Padahal ini syiar agama.
“Kembali lagi, bahwa telur ketika menetas melahirkan generasi baru kehidupan. Harapan, yang lahir akan menjadi generasi yang mandiri. Ini simbol.
“Keteladanan dari Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau yatim piatu, tapi kemudian bisa menjadi pemimpin besar umat manusia.
“Kemudian, ada juga bambu yang dipakai untuk menancapkan telur. Kenapa? Karena bambu hidup berkumpul, rumpun. Tidak ada bambu sendiri hidup. Artinya masyarakat Islam harus hidup menyatu, berkelompok dan berjamaah. Maka akarnya akan kuat.
“Itu semua simbol dalam tradisi lokal yang kita laksanakan saat maulid Nabi.
“Telur tadi itu, biasanya ditancapkan di pohon pisang. Maknanya, bahwa Islam harus ditancapkan ke dalam keyakinan diri seorang muslim.
“Kenapa pisang?, karena mulai akar sampai daun bermanfaat semua. Begitu juga harusnya kita umat Nabi Muhammad Saw, harus memberi kemanfaatan kepada sesama.
“Itu, di antara makna simbol yang terkandung di peringatan maulid Nabi yang berlangsung di masyarakat. Menghargai tradisi lokal. Yang mengandung simbol ke-Islaman harus dipertahankan. Tapi penting juga disampaikan makna sombolik tadi.
“Saya berharap, para siswa MTsN 2 Maros bisa menjadi agen yang mampu menjelaskan tradisi ini di masyarakat. Supaya mereka paham terkait makna simbol yang syarat dengan nilai-nilai keagamaan.”
Sebelumnya, Kepala MTsN 2 Maros Abbas Dg. Manambung menyampaikan bahwa tujuan diadakah maulid Nabi di madrasahnya, untuk mengingatkan keteladanan Nabi Muhammad Saw, terkhusus kepada para siswa.
Lebih lanjut, dirinya menyebut bahwa kegiatan, terkait dengan program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) beserta P2RA (Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin) tentang tradisi lokal. (Ulya)