Kepala Kemenag Bone: Moderasi Beragama untuk Harmoni Sosial dan Toleransi

Sailong, (Humas Bone) – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bone, H. Abdul Rafik, menyampaikan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan untuk menciptakan harmoni sosial, dalam sambutannya pada Workshop Penguatan Moderasi Beragama yang digelar MIN 4 Bone Sailong, Kamis (26/9/2024). Acara yang dihadiri oleh tenaga pendidik MIN 4 Bone beserta Kelompok Kerja Madrasah (KKM) ini bertujuan memperkuat toleransi dan pemahaman antarumat beragama.

Dalam pidatonya, H. Abdul Rafik menyoroti pentingnya sikap moderat dalam kehidupan beragama. "Moderasi beragama menempatkan kita di posisi tengah, menjadi penyeimbang di antara dua kutub yang berbeda. Ini bukan tentang menyatukan dua teologi yang berbeda, tetapi bagaimana kita hidup berdampingan dengan harmonis tanpa menghakimi keyakinan orang lain," ujar Abdul Rafik.

Ia juga menjelaskan bahwa moderasi beragama bukanlah sekadar ajaran agama, melainkan tentang bagaimana kita berkehidupan sosial di tengah keragaman. "Moderasi bukan untuk mengklaim kebenaran agama kita dengan mengekspresikannya kepada orang lain, karena hal tersebut akan menimbulkan gesekan. Sebaliknya, moderasi mengajarkan kita untuk menghargai dan menerima keberadaan agama lain tanpa harus membenarkannya," tambahnya.

Lebih jauh, Abdul Rafik menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial harus mampu memanusiakan sesama. "Jika kita hanya terfokus pada perbedaan, kita akan membatasi diri. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, etnis, dan agama. Olehnya itu, penting bagi kita untuk saling memahami agar tercipta keharmonisan sosial," jelasnya.

Di akhir sambutannya, ia berharap workshop ini dapat memberikan wawasan yang mendalam kepada para peserta dalam mengimplementasikan moderasi beragama di lingkungan pendidikan. “Dengan peran aktif para pendidik, diharapkan prinsip moderasi ini bisa diterapkan secara nyata, baik di madrasah maupun di masyarakat. Moderasi beragama bukan sekadar teori, tetapi harus menjadi praktik yang nyata dalam kehidupan sehari-hari,” tutup Abdul Rafik.

Workshop ini diharapkan menjadi momentum penting dalam memperkuat semangat toleransi dan kebersamaan di kalangan tenaga pendidik. (Ahdi)


Daerah LAINNYA