Kalaena (Humas KUA Kec. Kalaena) - Kepala KUA Kec. Kalaena, banjir Applause dan pujian setelah membawakan materi Moderasi Beragama pada Kegiatan Outing dan Penguatan Moderasi Beragama Bagi Penyuluh Agama Islam, dalam ruang lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten Luwu Timur, di Malili (04-05 Juni 2022). Dengan judul materi "Judul materi Konsep Moderasi Perspektif Hukum Islam".
Menurut Kepala KUA Kec. Kalaena, Rahmat, menekankan apa dan mengapa Moderasi beragama penting diterapkan di NKRI.
Kita semua telah tahu dan paham bahwa kondisi negara Indonesia yang sangat beragam, baik agama, suku, ras, budaya ataupun bahasa.
Beliau juga menuturkan bahwa Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, Apa itu moderat? Yaitu Kecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah, Sikap moderat memiliki ciri-ciri, yakni sikap terbuka, rendah hati, berpikir rasional, dan dapat memberi manfaat. Paparnya.
Moderasi beragama berarti sikap atau cara memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim baik kanan maupun kiri, maksudnya jangan kaku dalam beragama. Memahami agama dengan membuang jauh jauh peran akal, atau sebaliknya sangat longgar dan bebas menggunakan akal dalam memahami sumber ajaran islam, dan menjadikan akal sebagai tolak ukur kebenaran sebuah ajaran. Tambahnya.
Knp itu bisa terjadi, menurut Kepala KUA
Itu disebabkan krn pengetahuan tentang ajaran agamanya masih bias atau yang diistilahkan dengan Bias Kognitif, Kondisi inilah yang perlu kita perhatikan dan waspadai dari masing masing kita manusia yang punya kemampuan berpikir. Kesalahan berpikir akan menimbulkan kesalahan bertindak, memproses dan menafsirkan informasi, dan ini dapat mempengaruhi rasionalitas dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian. tegasnya.
Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa Bias Kognitif bisa tumbuh subur pada otak kita bila kita dipengaruhi oleh berbagai macam jenis ego yang ada pada setiap manusia.
1. Egocentric Memory, kecenderungan melupakan bukti dan informasi yg tdk mendukung pendapat kita.
2. Egocentric Myopia, kecenderungan berpikir secara absolutis dalam sudut pandang yang sempit.
3. Egocentric Righteousness, kecenderungan merasa lebih baik atau superior hingga selalu merasa lebih unggul dari yang lain.
4. Egocentric Hypocrisy, kecenderungan tidak menghiraukan adanya inkonsistensi antara kata dan perbuatan.
5. Egocentric Oversimplification, kecenderungan mengabaikan kompleksitas masalah dan lebih memilih pandangan yang simplistik atau menyederhanakan masalah.
6. Egocentic Blindness, kecenderungan untuk tidak mau tahu fakta dan bukti yang tidak mendukung pendapat kita atau berlawanan dengan pendapat kita. Tutupnya.
Pada sesi diskusi, dua orang yang mewakili peserta pada sesi ini diberi kesempatan bertanya, KM. Abd. Rahman dalam tanggapanya mengungkapkan bahwa, ini materi yang begitu luar biasa, baru sekarang kita terbuka pikiran dan cakrawala kita tentang makna dan maksud moderasi beragama yg sebenarnya, yang selama ini masih kami pahami serba asumsi. Kata Rahman sambil mengajak hadirin untuk memberi applaus "Tepuk tangan"
Begitupun penanya kedua, Abd. Kadir menyatakan bahwa kurang lebih 1.5 jam kita menerima materi ini, namun rasanya kita semua seperti telah duduk dibangku kuliah S.2 materi yang begitu luar biasa. Ungkapnya. (RezkyAwal Lallo/yQ)