Tompobulu (Humas Gowa). Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan, KH Khaeroni, mengungkapkan rasa prihatinnya dengan keberadaan Madrasah dan Pondok  Pesantren di era 2000an. Menurutnya, saat itu anggapan orang, madrasah adalah jenjang pendidikan yang dipandang sebelah mata.

Akibatnya, pendidikan agama sangat kurang memadai. Lembaga pendidikan yang mengajarkan pendidikan agama semakin terkikis. "Itu karena sarana dan prasarananya kurang baik, jadi banyak siswa ke sekolah umum," katanya. 

Hal ini diungkapnya saat kunjungan kerja di MAN Gowa, kecamatan Tompobulu, Gowa, bertepatan dengan pengukuhan Pengurus Forum Komunikasi Kepala Madrasah Aliyah dan Kelompok Kerja Madrasah Aliyah. 

Menyikapi kondisi itu, Kakanwil bertekad memperbaiki sistem pendidikan  Madrasah yang merupakan roh pendidikan agama Islam.

"Makanya, saya sangat memperhatikan Madrasah, untuk dapat mengembalikan roh pendidikan agama kembali," ikrarnya saat mengunjungi MAN Gowa, Selasa (16/03/2021) kemarin sore. 

Menurutnya, moderasi beragama adalah bukan dengan sikap radikalisme. Agama kata Kakanwil menjadi sebuah sikap dan perilaku yang menghargai esensi kemanusiaan dan esensi kesepakatan bersama. "Karena moderasi beragama adalah tidak memandang agama dan jenis kelamin," tegasnya.

Sejumlah terobosan demi menghidupkan pendidikan Madrasah diinisiasi Kakanwil. Salah satunya yaitu membangun madrasah untuk para penyandang disabilitas.

"Salah satunya yaitu program Madrasah Luar Biasa untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Saya mau buat Madrasah Luar Biasa di Kabupaten Maros," ungkapnya.

Semua program yang direncanakan Kakanwil akan terwujud bila ada dukungan dan kerjasama yang baik dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Hal itu demi mewujudkan cita-cita luhur sebagai investasi pendidikan dunia akhirat.

"Namun semuanya itu akan terwujud bila ada kerjasama semua pihak," harap Kakanwil,  KH Khaeroni.(OH)