Kemenag Maros

Merajut Kebhinekaan, Kakanwil Kemenag Sulsel Sarankan untuk Tidak Memperuncing Perbedaan

Kakanwil Kemenag Sulsel Khaeroni saat dialog kerukunan umat beragama di Aula Kemenag Maros

Maros, (Humas Maros) - Dalam merajut kebhinekaan dalam bingkai NKRI, maka diantara jalan yang bisa ditempuh adalah dengan tidak memperuncing segala perbedaan yang ada di masyarakat, terutama di sektor keagamaan.

Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan (Kakanwil Kemenag Sulsel), Khaeroni, saat dialog kerukunan umat beragama, merajut kebhinekaan dalam bingkai NKRI, di Aula Kemenag Maros.

“Persoalan agama merupakan hal dinamis. Tidak perlu diskusikan tentang ketauhidan, kita percaya saja. Fikih, itu pun yang menyangkut persoalan yang pokok, jangan terlalu diperdebatkan,” kata Khaeroni, Sabtu (25/3/2023).

“Kita ini hidup bersama satu sama lain. Persoalan yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi, menurut saya bukan persoalan yang perlu diperbincangkan dengan dalam. Karena adat bisa dijadikan landasan hukum selagi tidak bertentangan dengan Qur’an dan hadist. Pakaian juga tidak usah terlalu banyak diributkan”.

“Kita yang berpuasa, juga dimohon menghormati orang yang tidak berpuasa. Kalau berpuasa tidak ada godaan makanan dan sebagainya itu, puasa kita kurang terasa nikmat. Puasa kita, sesungguhnya untuk diri sendiri. Karena seandainya, di dunia tidak ada yang berpuasa pun tidak berkurang kekuasaan tuhan. Puasa itu untuk diri kita sendiri. Mari kita berpuasa dengan ikhlas”.

Hadir pula dalam dialog, anggota DPR RI Komisi VIII Syamsu Niang, Bupati Maros Chaidir Syam, Dandim 1422 Maros Letkol Inf Muhammad Hujairin, Kabag TU Kanwil Kemenag Sulsel Ali Yafie, dan Kepala Kantor Kemenag Maros Muhammad beserta jajaran.

Dalam kesempatan ini, Syamsu Niang menuturkan betapa penting merajut kebhinekaan di tengah keberagaman bangsa.

“Hasil survey untuk Sulsel, terkait kepemimpinan khilafah itu 40 persen yang setuju. Angka ini cukup tinggi. Maka, perlu pencerahan yang melibatkan tokoh-tokoh agama. Indonesia dengan Pancasila sebagai ideologi sudah disepakati pendahulu, para ulama kita. NKRI sudah final”.

“Ini harus kita bicarakan bersama. Banyak orang luar menginginkan Indonesia tidak utuh. Kita bersyukur, semua agama sudah diakui oleh negara, tinggal kita merajut, karena kita semua bersaudara. Mudah-mudahan kehidupan keagamaan bisa berjalan dengan baik,” lanjutnya.

“Semua elemen harus bersatu. Para tokoh agama, pemberi penyejuk bagi masyarakat dan ujung tombak penyampai pesan pemerintah”.

Hal senada juga disampaikan Bupati Maros Chadir Syam, yang berharap kerukunan umat beragama, terutama di Kabupaten Maros terus terjaga.

“Saya berharap, mudah-mudahan kerukunan dan kebersamaan, terus kita jaga. Sehingga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan. Kita sudah tahu banyak kasus, yang berlatar belakang SARA. Perbedaan dan perselisihan harus kita hentikan. Tidak ada yang bisa selesai kalau kita tidak musyawarah dan berkumpul untuk mengambil hikmah. Sehingga kerukunan umat beragama di Kabupaten Maros bisa berjalan dengan baik”.

Indonesia memang terlalu luas dan beragam, maka menurut Dandim 1422 Maros Letkol Inf Muhammad Hujairin, untuk menyatukan perlu menarik akar sejarah dan menggunakan tonggak ikrar Sumpah Pemuda 1928 sebagai salah satu momentum perekat kebangsaan. (Ulya)

 


Daerah LAINNYA