Ngopi Di Tanjung Pallette

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Pallette, (Inmas Bone) - Guna memperkuat eksistensi Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan kumpulkan para Pimpinan Pondok Pesantren dan TPA empat Kabupaten se Sulawesi Selatan yakni Bone, Soppeng, Wajo dan Sidrap, Senin (15/4/2019).

Kegiatan tersebut dilaksanakan di tempat Wisata ternama Bone yaitu Tanjung Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur. Hadir dalam kegiatan beberapa Kepala Seksi PD. Pontren Kantor Kemenag Kab./Kota se Sulawesi Selatan.

Dikemas dalam kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) dan disajikan lima materi antaranya kebijakan Kakanwil Kemenag Provinsi Sulsel tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Agama dan Keagamaan di Kabupaten Bone, Manajemen Penyelenggaraan TPA, Metode pembelajaran di TPA dan terakhir Peningkatan Kompetensi guru ngaji tingkat dasar.

Kakan Kemenag Bone Dr. H. Wahyuddin Hakim, M.Hum dalam sambutannya ucapkan rasa terima kasihnya kepada Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Provinsi Sulsel  karena telah dipercayakan Kemenag Bone sebagai tempat kegiatan.

Katanya, kegiatan yang dilaksanakan Bidang PD. Pontren bukan sekedar mempertemukan peserta dari empat Kabupaten Bone, namum ada output minimal memperoleh satu bagian yang disepakati.

Begitupun yang disampaikan Kakanwil Kemenag Provinsi Sulawsi Selatan H. Anwar Abubakar, S.Ag.,  M.Pd bahwa kegiatan yang dilaksanakan harus ada output atau hasilnya.

“Minimal para pimpinan Pondok Pesantren jika pulang membuat Laboratorium Bahasa untuk memperlihatkan ciri khasnya unggul dibahasa”, ujar H. Anwar dalam sambutannya.

Ia menyelaraskan istilah Ngopi dalam kegiatan dan kaitannya Pondok Pesantren. Dijelaskannya bahwa Ngobrol Pendidikan Islam yang singkatannya mengarah pada Ngopi sesuatu yang diminum dan sangat dibutuhkan para pecinta kopi.

Begitupun Pondok Pesantren yang merupakan wadah memperoleh bekal pendidikan agama Islam yang baik dan eksistensinya sangat dibutuhkan masyarakat baik itu dipercayakan untuk ceramah, barazanji dan baca doa.

Lagi-lagi tentang Kopi, orang nomor satu di Kemenag Sulsel itu ungkap jika cita rasa kopi itu berbeda-beda sesuai racikannya. Begitupun pondok pesantren mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai kedisiplinan ilmu yang ditonjolkan. Namun ciri khas itu, katanya hampir hilang dan harus digali kembali.

“Ciri khas Pondoke Pesantren sekarang hampir hilang, makanya diharapkan para Pimpinan pondok dapat menggali kembali  ciri khasnya sebagai kekuatan dan daya tariknya”. Harap H. Anwar.

Ciri khas yang dimaksud adalah kedisiplinan Ilmu Bahasa. Ia berharap agar suatu Pondok Pesantren mampu membekali santrinya lima bahasa seperti bahasa Bugis, Indonesia, Inggris, Arab dan Cina. Sementara ciri khas lain yang bisa ditonjolkan adalah Tahfidz, Sains dan ceramah.

Selain akan kehilangan ciri khas, H. Anwar juga ungkapkan jika Yayasan Pondok Pesantren saat ini mengalami tantangan.

“Banyaknya kehadiran rumah tahfidz yang dimodel Pondok Pesantren, kurangnya kajian kitab dan kiyai yang menetap didalam pondok serta kualitas penguasaan bahasa menurun telah menjadi tantangan Pondok Pesantren”, ungkapnya.

Menyikapi hal tersebut, dihadapan para peserta Ngopi, Kakanwil harapkan agar para pembina Pondok Pesantren dapat mengebalikan jati diri Pondok Pesantren, mengkaji Kitab dengan menetapkan ulama atau kiyai didalam pondok serta mendirikan Lab Bahasa. (ah)


Daerah LAINNYA