Bontomarannu (Humas Gowa). UPTD Pengendalian Penduduk dan KB Kec. Bontomarannu mengadakan Pertemuan Mekanisme Operasional KKBPK Mini Loka Karya di Aula kantor kecamatan, Kamis (27/10/2022).
Acara tersebut dihadiri Kepala Puskesmas Bontomarannu, Rahmi. Ia memaparkan data Stunting Kec. Bontomarannu untuk umur 0 - 24 bulan 14 Orang dan Umur 24 - 59 Bulan 41 orang. Angka yang besar untuk Stunting disatu wilayah skop Kecamatan.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir kan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Abdul Jabbar Tahuddin, salah satu Penyuluh mewakili kepala KUA Kec. Bontomarannu menghadiri Mini Lokakarya tersebut. Ia memberikan penjelasan di depan para peserta terkait stunting, "Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah stunting, salah satunya persoalan pemahaman terkait kewajiban dalam pengasuhan dan tanggung jawab pengurusan anak," jelasnya.
Persoalan ini sangat sistemik bukan hanya pada persoalan pemenuhan gizi pada bayi, tetapi juga persoalan tanggung jawab terkait masa depan generasi. Kurangnya ilmu agama dan pemahaman akan kewajibannya sebagai orangtua dalam kehidupan keluarganya sangatlah minim.
Mereka terkadang dengan kesibukannya mengabaikan tanggung jawabnya sebagai Ibu. Hal ini juga karena ketidakmampuan SDM dalam mengurus anak, padahal anak adalah aset yang sangat besar bagi generasi dan masa depan Bangsa.
Faktor ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah stunting di Kec. Bontomarannu. Suami yang tidak bekerja karena kurangnya lapangan pekerjaan mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat.
Bagaimanapun kehebatan seorang ibu dalam pengelolaan keuangan tetap tidak bisa menyelesaikan dan menurunkan harga bahan pokok yang sudah meroket. Ketidak berdayaan mereka sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Stunting persoalan yang sangat serius. Gambaran masa depan bangsa akan suram ketika persoalan ini tidak segera diselesaikan. Akar persolannya bukan hanya persoalan data yang tidak bisa terinput karena berubahnya sistem penginputan sehingga data tidak tercover.
Lebih dari itu, persoalan yang kita hadapi tidak semuda memencet angka pada keyboard dan terkirim maka selesai. Persoalan mengakar pada masyarakat yang tidak faham akan bahaya stunting bagi masa depan anak mereka.
Peranan semua pihak sangat dibutuhkan bukan hanya pada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab untuk edukasi kepada calon ibu dengan meminta untuk memeriksa kondisi kesehatannya secara berkala dan pemberian vitamin bagi Ibu hamil.
Peningkatan taraf berpikir mereka pun tidak boleh luput dari pemantauan. Pihak dinas pendidikan, KUA dengan stakeholder yang dimilikinya terutama penyuluh dalam peningkatan pemahaman mereka ,terkait kewajiban dan tanggung jawab orangtua. Persoalan stunting merupakan persoalan sistemik maka penyelesaiannya pun harus sistemik.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala TP. PKK Bontomarannu, KUA Kec. Bontomarannu, Bidan Koordinator PKM Bontomarannu, Koordinator KPM, PKH. Penyuluh Perikanan dan Pertanian, Tenaga Gizi Dan Tenaga Kesling PKM Bontomarannu, Promkes, PKB/PLKB, serta Koordinator TPK Se-Kec. Bontomarannu.(iar/Qq)
Daerah
Kegiatan KUA Bontomarannu
Penyuluh Agama Urai Akar Masalah dan Solusi Stunting di Bontomarannu
- Kamis, 27 Oktober 2022 | 13:22 WIB