Maros (Humas Maros)-Di langit Massulangka dengan malu-malu matahari sudah mulai tampak menjelang shalat dhuhur ketika dua rombongan majelis taklim dari Dusun Massulangka Desa Toddopulia dan dari Dusun Palagai Desa Lekopancing melangkah masuk Masjid Annur Haji Raga Massulangka. Maksud, untuk shalat berjamaah yang akan dilanjutkan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ahad (19/2/2023).
Masyarakat dua dusun bertentangga tapi berbeda desa yang ada di Kecamatan Tanralili ini setiap ada kegiatan selalu berbaur bersama, sehingga selalu ramai dan saling membantu. Muhammad Amir, Ketua Pengurus masjid menjadi pemandu acara. Setelah pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan asmaul husna mengawali acara Isra Mi’raj.
Pesan moderasi beragama pada peristiwa Isra Mi’raj ini salah satu diantaranya adalah ketika Nabi Muhammad Saw kehilangan istri dan pamannya di tahun yang sama dan mencari medan dakwah ke Taif. Dan ternyata, di Taif juga diperlakukan kasar sampai Nabi Muhammad Saw berdarah dilempar batu oleh masyarakat setempat. Ada tawaran untuk menghacurkan penduduk Taif dengan mengangkat gunung Taif agar penduduknya tertimbun. Akan tetapi, Nabi menolak tawaran itu karena memandang bahwa perlakuan kasar penduduk Taif itu hanya karena faktor ketidaktahuan mereka terhadap misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Sebuah langkah moderat luar biasa dalam memandang sebuah fenomena.
Perintah shalat yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw pada peristiwa itu menjadi puncak perjalanan spiritual yang akan berefek kepada kehidupan sosial. Shalat inilah yang akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Permusuhan yang disebabkan karena perbedaan faham, agama, suku, dan sekat kenegaraan merupakan bagian dari kemungkaran yang dapat dicegah oleh shalat. Nabi Muhammad Saw yang menerima langsung perintah shalat ini telah membuktikannya dengan membuat Piagam Madinah sebagai langkah moderat untuk menghentikan perang suku yang sudah berlangsung selama 120 di Madinah.
Di internal umat Islam, kehadiran empat imam mazhab yang terkadang berbeda jauh pemahaman hukum tentang suatu hal ternyata saling memahami dan menghormati satu sama yang lain. Pada level yang lebih luas bahwa peristiwa penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Dunia dan Hidup Damai Bersama oleh Imam Besar Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb dan Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang diprakarsai oleh PBB pada tanggal 4 Februari 2019 di Abu Dhabi juga dapat menjadi rujukan berfikir dan bertindak moderat demi mencegah perbuatan keji dan mungkar diantara sesama umat manusia.
Itu bagian yang disampaikan oleh Hasir Tappa yang diamanahi untuk menyampaikan hikmah Isra Mi’raj dan memimpin do’a di masjid kecil Masjid Annur Haji Raga Massulangka Desa Toddopulia Kecamatan Tanralili. (Hasir/Ulya)