Saat Buka Kegiatan di MAN 3 Bone, Kakan Kemenag Ungkap Kasta Tertinggi Guru

Lapri, (Humas Bone) – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bone, H. Abdul Rafik, secara resmi membuka kegiatan Workshop Penguatan Moderasi Beragama dan Implementasi Kurikulum Merdeka serta Sosialisasi Madrasah Ramah Anak di MAN 3 Bone Lappariaja, Kamis (29/8/2024).

Acara ini dihadiri oleh seluruh tenaga pendidikan dan kependidikan di MAN 3 Bone, serta beberapa madrasah yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MAN 3 Bone. Selain itu, Ketua Komite dan Pengawas Madrasah dari wilayah Kecamatan Lappariaja turut hadir dalam kegiatan ini.

Dalam sambutannya, Kepala MAN 3 Bone, Mappeati, memberikan penjelasan mengenai kondisi madrasah, termasuk jumlah guru, siswa, serta madrasah yang tergabung dalam KKM. Ia juga menyoroti perkembangan program madrasah, khususnya program Tahfiz yang berjalan dengan baik.

"Selain menjalankan program madrasah digital, kami juga mengembangkan program Tahfiz yang semakin berkembang pesat," ujarnya.

Mappeati juga menambahkan bahwa pada tahun 2024 ini, MAN 3 Bone sedang melaksanakan program Madrasah Adiwiyata, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan madrasah yang ramah lingkungan.

Sementara itu, H. Abdul Rafik dalam sambutan dan arahannya, memberikan penekanan pada pentingnya peran seorang guru. Ia menyatakan bahwa kasta tertinggi seorang guru bukan ditentukan oleh status sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau sertifikasi, bukan juga karena menjadi guru penggerak atau memiliki pendidikan tinggi.

"Kasta tertinggi seorang guru adalah ketika dia selalu dirindukan oleh siswa di kelas. Guru seperti apa, guru yang memiliki kompetensi, inspiratif, dan mampu memberikan inspirasi kepada siswanya," tegasnya.

Setelah itu, H. Abdul Rafik juga memberikan gambaran mengenai konsep Moderasi Beragama. Ia menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah keyakinan bahwa Islam adalah agama yang benar, namun tetap menghargai keberadaan agama lain.

"Moderasi beragama itu bagaimana kita bisa hidup rukun dan damai sebagai warga negara, tanpa memandang perbedaan agama dalam bertransaksi sosial. Yang terpenting adalah bagaimana kita melihat nilai kemanusiaan tanpa memandang agama seseorang," paparnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman tenaga pendidik dan kependidikan mengenai moderasi beragama dan implementasi Kurikulum Merdeka, serta mendorong terciptanya lingkungan madrasah yang ramah anak. (ahdi)


Daerah LAINNYA