Maros (Humas Maros)-Sosialisasi kampung moderasi beragama binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mandai, dihadiri oleh masyarakat lintas agama. Kegiatan berlangsung di Dusun Bontoramba, Desa Bontomatene.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Maros Muhammad, dalam kesempatan ini menyampaikan pola hubungan ideal di masyarakat dengan keyakinan yang berbeda-beda.
“Masih ada masyarakat yang alergi hidup berdampingan. Ini sebuah kenyataan. Makanya, kita harus selalu mengingatkan bahwa Tuhan menciptakan kita sama, yang membedakan kualitas ketakwaan, kualitas hablumminannas dan hablumminallah. Soal surga neraka itu urusan Tuhan. Tugas kita berbuat baik,” kata Kakankemenag Maros Muhammad, Kamis (13/7/2023) siang.
“Terhadap yang berbeda agama, jangan sebut dengan non muslim, tapi panggil sesuai dengan keyakinan: panggil Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Kalau kita masih menyebut non-muslim, berarti masih ada sekat. Kita harus hidup bersama, berdampingan, dan bertetangga.”
“Saya minta kepada para penyuluh agama melakukan pendekatan. Datang ke gereja, bersilaturahmi di sana. Saya minta juga. Kalau Natal-an, para penyuluh agama juga datang. Supaya tidak ada sekat dan jarak lagi.”
“Kalau hubungan sosial masyarakat harmonis, saling menghargai perbedaan, dan hidup berdampingan dengan baik, maka ekonomi juga akan berjalan dengan baik.”
Kegiatan yang diinisiasi KUA Kecamatan Mandai ini bertema pengembangan ekonomi kreatif warga.
Terkait kegiatan, Camat Mandai Abdul Razak, berharap sosialisasi bisa menjadi motivasi berkerukunan, bertoleransi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Di sini ada saudara lintas agama, saya harus bertemu. Saya dorong supaya Ibu-ibu ini bisa berkolaborasi dengan yang lain. Meskipun beragam, di sini tidak ada riak-riak, rukun semua.”
“Terkait izin usaha, saya akan layani dan permudah serta gratis. Pemkab Maros mendorong untuk layanan ini,” tegasnya.
Kepala KUA Mandai Mustafa, menjelaskan bahwa fokus tema pada ekonomi kreatif, karena selama ini toleransi yang sudah berlangsung di masyarakat majemuk di Mandai, harus didukung pula dengan kegiatan ekonomi yang produktif.
“Kegiatan ekonomi kreatif warga juga bisa menjadi ajang pertemuan. Di sinilah masyarakat berbaur, sehingga ruang ini menjadi ruang untuk lebih menumbuhkan sikap kebersamaan, meskipun mereka berbeda secara keyakinan,” tambahnya.
“Bimbingan pranikah dan pasca nikah dalam upaya menumbuhkan sikap moderasi berbasis keluarga, juga telah kami lakukan. Peran orang tua bisa menangkal, misal pengaruh HP terkait paham ekstrim. Selain tentu, kerja sama dengan lintas sektor, menjaga kerukunan lintas agama, sehingga hal ini bisa menumbuhkan ekonomi kreatif warga,” tutupnya.
Setelah acara seremoni usai, kemudian Kakankemenag Maros Muhammad, didampingi Kepala Seksi Bimas Islam Ramli, melihat dan membeli beberapa produk usaha kreatif warga: makanan ringan dan kerajinan tangan.
Hadir pula saat kegiatan: Binmas Polsek Mandai, Sekretaris Desa Bontomatene, tokoh agama, dan tokoh masyarakat di Desa Bontomatene. (Ulya)