Kegiatan PPTQ An-Nail Gowa

Tangis Haru Orangtua Lepas Anak Mondok di PPTQ An Nail Gowa

Haru di wajah para orang tua dan pengantar

Bontomarannu (Humas Gowa). Hari pertama mondok bagi 100 orang santri baru Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an An Nail Gowa, Ahad pagi (16/7/2023). Sejak pukul 07.30 WITA para santri bersama dengan orang tua dan keluarganya yang mengantar sudah mulai berdatangan dan memadati halaman pondok.

Santri baru disambut dan diperiksa oleh para panitia penyambutan santri, termasuk para pimpinan dan pengurus pondok yang juga turut menyambut di halaman pondok pesantren.

Antusias dan semangat nampak terlihat jelas dari raut wajah santri baru dan orang tua yang mengantar. Meski tidak lama setelah itu tangis perpisahan pun pecah dan membuncah saat para orang tua memeluk ananda mereka sebagai ungkapan selamat tinggal dan perpisahan mereka.

Kepala Sekolah Tingkat Uya, Nasir Suddin yang juga turut membersamai dan memeriksa barang bawaan para santri mengatakan, rasa berat hati berpisah dengan keluarga tercinta adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Apalagi karena kebanyakan santri, sebelumnya belum pernah berpisah dan belum terbiasa berada di lingkungan asing yang jauh dari keluarganya.

"Ini adalah tugas awal yang cukup berat bagi para pembina, guru, pembimbing dan musyrif," tukasnya.

Berdasarkan pengalaman, lanjut Nasir, banyak kisah unik di awal-awal santri mondok dan menempati asrama yang asing bagi mereka. Ada yang curhat, ada yang menangis berhari-hari bahkan berbulan-bulan, ada yang cari celah dan berusaha kabur, ada yang takut sendiri dan lain sebagainya.

"Namun InsyaAllah para pembina, guru, pendamping dan musyrif akan senantiasa sabar menghadapi itu semua dan berupaya  mengarahkan dan membuat mereka nyaman dan betah di pondok,"  ungkap Nasir.

Ia juga menambahkan bahwa di hari-hari awal berada di pondok pada sebahagian santri memang terasa berat bagi mereka. Namun seiring dengan berjalannya waktu, para santri akan terbiasa dengan kehidupan dan dunia pondok pesantren. Santri pada akhirnya akan kerasan dan menjalank tumbuh kembangnya di lingkungan pondok.

“Sekarang para santri yang ada di Pondok An Nail ini adalah anak-anak dan tamu istimewa kami, setelah para orang tua menitipkannya. InsyaAllah mereka yang akan membanggakan orang tuanya kelak. Karena itu, kepada orang tua kami berharap supaya ikhlas menitipkan buah hatinya di pondok untuk menuntut ilmu sehingga kelak mereka menjadi generasi yang akan menjadi harapan keluarga, bangsa, negara dan agama. Doakan mereka," pungkas Nasir.

Sementara itu Serda Ali, salah satu orang tua santri yang sempat diwawancarai menyampaikan rasa sedihnya harus berpisah dengan buah hatinya. Namun ia nampak tegar mengikhlaskan demi harapan dan cita-cita putranya menjadi hafidz Qur'an. Anggota TNI yang berasal dari tanah Jawa ini menyebut, Pondok Pesantren An Nail menjadi pilihannya dan pilihan putranya bahkan ia sudah nazarkan.

“Kami titipkan putra kami kepada Ustadz semua. Semoga diberikan kesabaran dalam mendidik putra-putra kami dan selalu kuat menghadapi berbagai tingkah laku unik mereka. Dan semoga segala kebaikan dan usaha para asaatidzah di Pondok Pesantren An Nail ini menjadi ladang pahala dan kebaikan di sisi Allah SWT," ungkapnya. (NS/OH)


Daerah LAINNYA