Tantangan Era Digital Penyuluh Dapat Mandat Jawab Melalui Instruktur

Baroko (Humas Enrekang) Dalam kegiatan Baitul Arqam Muhammadiyah di PC Masalle hari Sabtu-Ahad 14-15 Mei 2022 dan Baitul Arqam Muhammadiyah di PC Baroko hari Sabtu-Ahad 21-22 Mei 2022 Nur Syamsi selaku penyuluh Agama Islam di mandatir untuk menjadi instruktur dan pemateri dengan judul Penguatan Kepenyuluhan Melalui Pola Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah.

Tema tersebut diberikan mengingat Nur Syamsi selaku Penyuluh telah sekian lama bergelut di duunia dakwah atau kepenyuluhan yang tentu dari pengalaman ini akan dapat memberi sharing ilmu kepada peserta Baitul Arqam, mengingat tantangan dakwah ke depan semakin dinamis dan kompleks. Oleh karena itu dalam acara tersebut Saymsi menyampaikan beberapa hal terkait dengan dakwah dan strategi dakwah serta konsep tentang gerakan jama’ah dakwah jama’ah. 

Hal ini akan dapat mengiringi problematika dakwah yang sudah berada di era digital, dan serba digital. Bagiamana agar wgerakan jama’ah dalam berdakwah tetap eksis di mana bisa mendapatkan ilmu secara tatap muka secara langsung itu jauh lebih efektif dibanding semua nya melalui digital, disamping dengan gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah akan lebih mempererat silaturrahim dan lebih berkah. 

Maka di bawa ini Saymsi sebagai Penyuluh  memberikan dan menjelaskan tentang problematika dakwah dan tahapan-tahapan membentuk gerakan jama’ah dakwah jama’ah diantaranya Penyuluh Agama Islam adalah sebuah institusi yang bergerak dalam bidang kepenyuluhan yang memberikan pembimbingan, pencerahan, pengarahan, dan pembinaan dalam bidang khusus “keagamaan” kepada masyarakat. Pembimbingan ini di lakukan dengan mode pendampingan, pencerdasan agar masyarakat mampu memahami posisi agama dalam peran strategis dalam membangun peradaban, di mana agama sebagai spirit, nilai, dan acuan untuk keselamatan dunia akhirat. 

Agama yang dimaksud adalah yang dapat mengantarkan manusia memanusiakan kemanusiaannya, dan memberi kemanfataan bagi sesama, dan lingkungan di mana dibutuhkan. Berdasarkan hal di atas maka menjadi suluh bagi seorang Penyuluh adalah hal yang niscaya, Penyuluh Agama Islam adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia dengan mengadakan pendampingan untuk membangun masyarakat yang berkeadaban dalam bingkai etika profetik, membangun peradaban yang inovatif komprehensif dalam berbagai bidang kehidupan. 

Maka penekanan pada etika profetik menjadi mainstream kepenyuluhan agar kita dapat memahami bahwa inti dari ajaran Islam adalah kesempurnaan akhlaq, masyarakat yang maju adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sejati sepertimana prototype masyarakat Madinah yang pernah dibangun oleh Rasulullah SAW, sebuah masyarakat madani yang memiliki nilai luhur, nilai utama yang berkeadilan di bawah naungan ridha Allah SWT.

Pada era millennial saat ini khususnya era digital jika dilirik berdasar fakta empirik dalam kacamata makro, fenomena dakwah secara digital menjamur baik media social, baik berupa artikel, opini, maupun channel-channel youtobe yang ada. Maka kita mengalami problematika dakwah tersendiri, akibatnya masyarakat menerima dakwah secara instan dan berguru pada medsos atau youtobe, tidak lagi belajar secara berjenjang dengan materi yang sistematik tentang Keislaman, secara link-link kasat perkembangan ini memberi nilai baru dalam komunikasi dakwah. Masyarakat tak perlu lagi menghadiri jama’ah-jama’ah karena telah tersaji begitu rupa, dengan hanya mengklik link-link pavorit.

Maka gerakan dakwah bagi Penyuluh kontemporer dengan tawaran konsep kembali kepada gerakan dakwah jama’ah dan gerakan dakwah cultural, membina majelis-majelis taklim dan komunitas-komunitas dakwah yang massif, harus mampu melaukan loncatan besar secara signifikan untuk mengurai  problematika dakwah itu sendiri dengan memerhatikan beberapa hal antara lain ; 1. Memperkuat ruhiyah dakwah sebagai Penyuluh yang berkompeten. 2. seorang Penyuluh harus memahami al Islam secara menyeluruh baik tataran aqidah, syari’ah/fikih, akhlaq/tasawwuf, sehingga tidak memahami Islam secara sempit. 3. Peyuluh hendaknya memahami fiqh dakwah dan manhaj dakwah, agar kepenyuluhan selalu dalam gerakan yang aktual. 4. Problematika ummat yang semakin heterogen secara ideologis dan mengerucut  pada pengelompokan politis dan secara etnik, maka pola kepenyuluhan harus berbasis moderasi beragama. 5. Di era digital harus mampu memoles dakwah dengan inovatif agar meminimalisir radikalisme. 6. Maka seorang penyuluh harus mampu menguasai ITE. 7. Seorang Penyuluh harus memiliki wawasan yang luas agar mampu memahami eskalasi yang terjadi, baik local, nasional amapun secara global.

Adapun langkah-langkah strategis dalam implementasi pengembangan gerakan jam’ah dakwah jama’ah adalah sebagai berikut :
1. Tahapan Persiapan 
- Mengadakan pemetaan kelompok binaan.
- Mengadakan silaturrahmi dan koordinasi terhadap calon kelompok binaan.
- Mengadakan sosialisasi terhadap program kepenyuluhan.
2. Tahapan Pelaksanaan
- Identifikasi kelompok sasaran binaan kepenyuluhan/kelompok sasaran gerakan dakwah jama’ah antara lain Kelompok binaan ekonomi lemah dan berpendidikan. Kelompok sasaran petani, buruh. Kelompok sasaran majelis taklim. Kelompok sasaran professional guru, birokrasi, dokter, pengusaha, pedagang, karyawan. Kelompok sasaran pelajar dan mahasiswa. (nur kontributor KUA Enrekang/bob)


Daerah LAINNYA