Maros (Humas Maros)-Setelah tiga bulan berjalan, Program Kemenag Maros Lawan Stunting di tiga kecamatan sasaran: Bantimurung, Tanralili, dan Mandai telah berakhir.
Momennya ditandai dengan pemberian 30 paket bantuan yang diserahkan DWP Kemenag Maros dan didukung penuh oleh UPZ Kemenag Maros, Salasa (26/6/2023).
Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Maros Muhammad di Aula KUA Bantimurung dan Tanralili.
“Dalam program ini kita selesai, tapi kita bisa berjumpa dengan program produktif yang lain,” ucap Kakankemenag Maros Muhammad menanggapi Sekretaris Camat Bantimurung yang berharap program bisa berlanjut.
“Syukur Alhamdulillah, pendampingan yang kami lakukan terhadap keluarga terdampak stunting saya anggap rampung. Program ini telah berjalan 3 bulan sejak penandatanganan kerja sama Kemenag Maros dengan Pemkab Maros,” kata Kakankemenag Maros Muhammad di Aula KUA Kecamatan Tanralili, Selasa (27/6/2023).
“Selama ini para penyuluh agama telah terjun langsung di masyarakat melihat kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Kemudian membantu memenuhi juga. Penyuluh agama juga melakukan pendampingan kepada keluarga terkait dari sisi pemahaman keagamaan: bagaimana mengaji dan salatnya. Saya kira cukup.”
“Terima kasih kepada semua stakeholder yang sudah memberikan waktunya bersama penyuluh agama kami. Ini bukti, Kemenag Maros ingin bersama stakeholder memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.”
Bagaimana Konsep Program?
Kemenag Maros menggerakkan penyuluh agama untuk bersinergi dengan penyuluh KB dan petugas kesehatan dalam melawan stunting, gagal tumbuh pada balita.
Hal ini berdasar pada berita acara kerja sama tertanggal 6 Maret 2023, antara Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A Dalduk KB) Maros, Dinas Kesehatan Maros, dan Kemenag Maros.
Berdasarkan keterangan Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Maros Ramli, program menyasar dua kelurahan dan empat desa di tiga kecamatan. Kelurahan Leang-leang dan Kalabbirang di Kecamatan Bantimurung, Desa Lekopancing dan Kurusumange untuk Kecamatan Tanralili, serta di Kecamatan Mandai yang menyasar warga Desa Bontomatene dan Tenrigangkae.
“Kami menggerakkan dua penyuluh agama di masing-masing kecamatan. Tugasnya melakukan pendampingan langsung di keluarga rentan atau terdampak stunting. Lima keluarga masing-masing desa/kelurahan dan dipilih berdasarkan tingkat kerentanan”, jelas Ramli.
“Bukan hanya datang menyerahkan bantuan kemudian pulang, tetapi kedua penyuluh ini datang dengan membawa bahan makanan, kemudian memasakkan keluarga terkait”.
“Karena penyuluh yang ditugaskan laki-laki dan perempuan, maka penyuluh perempuan memasak sembari bercengkerama, memberikan edukasi kepada pihak perempuan dalam keluarga. Pun begitu penyuluh laki-laki, juga memberikan pencerahan kepada kepala keluarganya”, sambungnya.
“Pendekatan materi pendampingan tentu berkaitan dengan pengetahuan agama, misal soal literasi Al-Quran dan aktivitas syariat keseharian. Meskipun tidak menutup kemungkinan, juga diberikan pemahaman kepada keluarga terdampak stunting, tentang bagaimana membina keluarga yang religius dengan berbasis pada ketahanan ekonomi keluarga”.
Bagaimana Dampak Program?
Pada sesi akhir program, masing-masing petugas dari Koordinator KB atau tim kesehatan Puskesmas melaporkan kondisi fisik Balita terdampak stunting.
Berdasarkan data laporan, bahwa secara keseluruhan 30 Balita sasaran program di tiga kecamatan mengalami kenaikan: berat badan dan tinggi badan.
Jun Seprianti Kader Dusun Padaelo, Desa Tenrigangkae menyampaikan laporan hasil dampingan Balita terdampak stunting. Singkat laporan, awal penimbangan dan pengukuran tinggi badan 10 Balita, semua mengalami peningkatan. Bahkan ada Balita yang mengalami penambahan berat badan 2,4 kg dan peningkatan tinggi badan hingga 10 cm.
Begitu pula salah seorang Balita di Desa Lekopancing Kecamatan Tanralili yang mengalami kenaikan berat badan 2,3 kg dan peningkatan tinggi badan 6 cm.
Hal serupa, Balita Muh. Azzam di Kelurahan Leang-leang yang timbangan awal berat badan 7,2 kg dan tinggi badan 62 cm menjadi 7,5 kg dan tinggi badan 68,2 cm.
Kesimpulan, program memiliki progres yang jelas dan berdampak riil secara fisik kepada Balita terkait.
Selain secara fisik, program ini juga memiliki dampak dari sisi psikologi orang tua terkait.
Hal ini, seperti pengamatan yang disampaikan Kakankemenag Maros Muhammad, di hadapan para penerima program di Kecamatan Bantimurung.
“Dulu mereka malu-malu. Sekarang kita bisa bersilaturahmi baik dengan Ibu-ibu ini.”
Dari semua itu, ada informasi menggembirakan yang disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Maros Andi Patarai Amir saat menghadiri acara akhir program di Aula KUA Kecamatan Tanralili.
“Awalnya, Kabupaten Maros nomor 2 terbanyak se-Sulsel untuk angka stuntingnya. Tetapi dalam beberapa bulan, berkat kita semua, secara maksimal melakukan gerakan atasi stunting, posisi Maros sudah masuk 10 besar terendah, bahkan sudah di urutan ke-8 angka stunting terendah.”
“Terima kasih Kemenag bersama stakeholder yang berkontribusi aktif mengurangi angka stunting di Maros,” ucap Patarai Amir.
Bagi Keluarga Terdampak, Bagaimana Selanjutnya?
Terkait kelanjutan dan hal riil yang bisa dilakukan keluarga terdampak stunting, Kakankemenag Maros memberikan pesan penting.
“Selanjutnya, untuk keluarga terdampak stunting agar tetap menjaga asupan gizi anaknya dengan memberi makan sayuran, terutama sayur kelor.”
“Saya pesan dua hal: jangan lupa, dan ingat jangan malas memberi anak-anak kita makan. Daun kelor itu bagus untuk anak-anak kita. Kedua, karena sudah diajari cara salat, wudhu oleh penyuluh agama ketika juga melakukan pendampingan stunting, maka itu harus dilakukan dengan konsisten. Dan doakan penyuluh agama dan kita semua juga,” tutup Kakankemenag Muhammad. (Ulya)