Watampone (Humas Bone) – Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bone, H. Ahmad Yani, mewakili Kepala Kantor Kemenag Bone, secara resmi membuka Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka pada Raudatul Athfal (RA) dan Canva di Era Digital. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Perwakilan Daerah Ikatan Guru Raudatul Athfal (PD IGRA) di Aula Kantor Kemenag Bone, Selasa (19/11/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh Plt. Kasi Pendidikan Madrasah, Akmal, para pengawas madrasah, serta perwakilan dari 50 RA se-Kabupaten Bone.
Dalam laporannya, Akmal menyebutkan bahwa jumlah siswa RA di Kabupaten Bone saat ini mencapai 2.360 orang, dengan 243 guru dan 29 tenaga kependidikan. “"Kami berharap kegiatan ini memberikan dampak positif pada perkembangan siswa, karena jumlahnya cukup besar. Ilmu yg didapatkan diharap dapat mempengaruhi lingkungan belajar peserta didik. Namun, penting untuk selalu berlandaskan nilai-nilai agama Islam, khususnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,” ujarnya.
Akmal juga mengingatkan agar RA tidak sepenuhnya mengadopsi konsep pendidikan taman kanak-kanak (TK) konvensional. “Kita harus mengacu pada landasan pendidikan agama. Silakan mengadopsi, tetapi harus disesuaikan dengan identitas RA yang berlandaskan nilai-nilai Islam,” tambahnya.
Sementara itu, H. Ahmad Yani mengawali arahannya dengan memuji penampilan seragam pengurus igra juga peserta yang penampilannya rapih, ia mengingatkan pentingnya seorang guru memperhatikan penampilan sebelum tampil di depan peserta didik . “Banyak guru yang pandai mengajar, tetapi performa mereka kurang menarik, karena berpakaian asal-asalan, parfumnya minyak kayu putih atau minyak kapak sehingga dapat mempengaruhi suasana mengajar di kelas, sekali lagi penampilan itu harus jadi perhatian, jangan dipandang enteng, hal itu memang sederhana tapi sangat mempengaruhi efektivitas belajar di kelas", ungkapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa perubahan kurikulum seiring dengan pergantian pemerintah merupakan hal yang wajar. “kurukulum harus siap berubah mengikuti perkembangan zaman dan sosio kultur masyarakat, kurikulum tidak boleh stagnan, tapi tentu pemerintah akan melakukan kajian secara mendalam dan komprehensif sebelum melakukan perubahan kurikulum. Namun tak kalah penting yang menjadi tantangan adalah kesiapan kita tenaga pendidik beradaptasi dengan perubahan tersebut, jangan sampai judul kurikulum berubah tapi ternyata tenaga pendidik tidak bisa beradaptasi, mereka tetap dengan cara mengajar yang tradisional konservatif, maka itulah perlunya dilaksanakan workhsop seperti yang kita laksanakan hari ini” katanya.
Ahmad Yani menambahkan bahwa tujuan utama kurikulum adalah membentuk karakter dan meningkatkan kompetensi siswa. “Pondasi penanaman dan pembentukan karakter anak-anak kita berada pada usia dini yang disebut golden age yaitu usia anak 0 - 6 tahun dan itu secara formal dimulai dari RA. makanya tugas berat sekaligus tugas mulia ini berada diatas pundak ibu-ibu sebagai guru RA, model dan karakter anak-anak kita kedepan, itu sangat ditentukan langkah awalnya di RA ini", tutupnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan inspirasi dan bekal bagi para pendidik RA dalam menjalankan tugasnya di era digital. (Hamid)