Makassar, (Inmas Makassar) - Meski tanggal (1/7/2018) di kalender berwarna merah bertanda hari libur, tepatnya di hari Ahad, namun beberapa ASN dan Non PNS tetap dengan setia mendampingi dan menyediakan seluruh kebutuhan peserta demi kesuksesan pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik bagi jamaah calon haji Kec. Panakkukang dan Kec. Ujungpandang di Aula Nusantara Hotel Denpasar Jl. Boulevard Makassar.
Memasuki hari kelima, baik panitia maupun peserta tetap antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Termasuk saat Kepala KUA Kec. Mariso H. Abd. Rahman, MA. dan Kepala Seksi PD-Pontren Kemenag Kota Makassar Drs. H. Alimuddin Akib, M.Ag. membawakan materi masing-masing Pemutaran Video Manasik Haji dan Hikmah Haji dan Pelestariannya, yang secara bergiliran menyampaikan materi terkait pelaksanaan ibadah haji.
Rahman yang hadir lebih awal memutarkan video perjalanan manasik haji, yang menampilkan proses perjalanan ibadah haji, sejak dari Asrama Haji, hingga pelaksanaan pelemparan Jumrah. Selama proses pemutaran tak jarang Rahman menghentikan video sejenak untuk menjelaskannya kepada peserta yang berjumlah 117 orang tersebut.
Memasuki pukul 10.00 Alimuddin mengambil alih podium, yang pembahasan materinya juga terkait proses perjalanan ibadah haji, namun lebih difokuskan pada kebiasaan yang terjadi di Arab Saudi selama pelaksanaan ibadah haji. Alimuddin memulai materi dengan menyampaikan ucapan selamat kepada peserta yang telah memperoleh porsi pemberangkatan.
Dihadapan peserta bimbingan, Alimuddin memaparkan pengalamannya selama menjadi petugas haji, terkait dengan kebiasan -kebiasan orang Arab yang berbeda dengan budaya di Indonesia. Ia mencontohkan bahwa orang Arab lebih menyukai bila disentuh bagian kepala dibandingkan dengan tubuh bagian bawah khususnya sekitar punggung ke bawah. Menurutnya hal ini berbeda dengan orang Indonesia yang apabila disentuh pada bagian kepala akan menimbulkan ketersinggungan dan bahkan bisa menimbulkan pertikaian.
Ditambahkan, orang Arab terbiasa memberi dan menerima sesuatu benda menggunakan tangan kiri, berbeda dengan budaya Bugis Makassar yang lebih mengutamakan tangan kanan. Lebih jauh ia mencontohkan kelakuan orang Arab yang apabila terjadi pertengkaran ataupun perseteruan yang hebat, maka disarankan untuk meneriakkan sholawat, "Allahumma sholliy 'alaa Muhammad". Menurutnya bila hal ini dilakukan, maka pertengkaran tersebut akan terhenti, paparnya. (Syh/arf)