Makassar (Inmas Makassar) - Peserta bimbingan manasik haji bersemangat menyimak materi Dr.KH. Muhammad Yunus Shamad, Lc. MM, yang sengaja hadir untuk ikut serta mensukseskan salah satu bentuk pelayanan kepada jamaah calon haji di Hotel Denpasar, Sabtu (30/6/2018).
Pak Kyai begitu panggilan gelar yang disematkan padanya oleh masyarakat Sulsel ini lebih banyak membahas tentang pelaksanaan ihram.
Menurutnya, banyak kesalahan yang dilakukan oleh jamaah saat menggunakan pakaian ihram, sebutnya. Dijelaskannya, pada saat jamaah sudah memakai pakaian ihram, maka pada saat itu mulailah fokus beribadah.
Ia mencontohkan pengalamannya saat menjadi petugas haji "Pakaian ihram tidak boleh dibuka meskipun sudah di hotel. Biasanya ada ibu-ibu yang tiba di hotel karena merasa gerah, langsung buka pakaian ihram, itu tdk boleh. Pun kalau mau ganti pakaian ihram karena mungkin sudah kotor, maka ganti pakainlah di kamar mandi, keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaian ihram yang bersih", ungkapnya mencontohkan.
Dijelaskannya, bahwa tidak ada alasan memakai pakaian biasa selama melaksanakan ihram. Meski sedang berada di hotel atau pemondokan, pakaian ihram harus tetap digunakan, tegasnya.
Saat Pak Kiyai menyilahkan kepada peserta untuk bertanya, serta merta seorang peserta perempuan mengacungkan tangan dan mengatakan, "Pak Kiyai, Saya mau tanya yang pertama, katanya dilarang menggaruk saat ihram, pertanyaan kedua, bagaimana pendapatta kalau ada yang menitip ole-ole?" tanyanya. Kiyai menanggapi, "Saya jawab yang kedua dulu. Itu ole-ole sangat membebani jamaah, saran Saya sebaiknya dihindari, beri penolakan dengan baik, atau cukup katakan Insya Allah kalau diingat", jawabnya.
Ia melanjutkan jawaban dari pertanyaan pertama, "Mengenai menggaruk saat berihram, itu dilarang kalau menggaruk bagian kepala, karena dikhawatirkan saat menggaruk tanpa sengaja rambut terjatuh, bisa jadi kita dianggap sengaja menjatuhkannya". Ditambahkannya lagi, kalau menggaruk bagian tubuh lainnya itu tidak apa-apa, sepanjang tidak sampai mengeluarkan darah, "Mana mungkin ada yang menggaruk sampai keluar darah, ta'liwa' liwa' tong itu" terangnya.
Lebih lanjut Pak Kiyai membahas tentang Dam dan Qurban, yang menurutnya pembayaran Dam sebaiknya tidak menggunakan "Calo". Ia menganjurkan untuk berkonsultasi kepada petugas atau ke BPIH. Sedangkan tentang Qurban disarankan untuk berqurban di kampung sendiri agar memberi manfaat bagi orang yang tinggal di sekitar kita, paparnya. (Syh)