Maros (Humas Maros) - Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FK-PAI) KUA Kecamatan Turikale, untuk pertama kalinya gelar wisuda santri Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dan Santri Kelompok Belajar al-Qur’an (KBQ) Majelis Taklim tingkat Kecamatan Turikale yang bertempat di Aula Gedung Perpustakaan Kabupaten Maros, (15/6).
Kegiatan wisuda ini untuk pertama kalinya dilaksanakan oleh FK-PAI KUA Kecamatan Turikale secara mandiri, setelah sekian lama bergabung pada acara wisuda yang dilaksanakan oleh Pokjaluh pada tingkat Kabupaten Maros. Namun dengan adanya pembatasan mobilisasi massa akibat pandemi Covid-19, maka wisuda santri dilaksanakan secara terpisah pada masing-masing Kecamatan.
Hadir pada acara tersebut Kepala KUA Kecamatan Turikale selaku tuan rumah, Ketua Pokjaluh Kabupaten Maros, Camat Turikale, dan Kepala Seksi PD Pontren H. Ramli, MM yang mewakili Kakan Kemenag Kabupaten Maros beserta jajaran.
Ketua Pokjaluh, Hasanuddin dalam sambutannya mengharapkan agar wisudawan wisudawati tidak memakmanai acara wisuda sebagai acara perpisahan dengan belajar Al-Quran, akan tetapi justru menjadi momentum awal untuk lebih mendalami pengetahuan tentang Al-Quran.
Hasanuddin membandingkan dengan program pendidikan seumur hidup yang digagas oleh Kemendikbud, maka hendaknya belajar Al-Quran pun tidak boleh terputus hingga diwisuda ini.
Sementara Camat Turikale dalam sambutannya menekankan agar santri TPQ demikian pula santri KBQ tingkat dewasa baik Majelis Taklim mapun lainnya agar belajar Al-Quran hingga tahap pengamalan, mampu membaca dengan dan tidak segan mengeraskan bacaanya jika diminta untuk membaca al-Quran.
Hal senada yang juga disampaikan oleh Kepala Seksi PD Pontren H. Ramli MM, bahwa wisuda yang digelar ini baru tahap dasar dan masih banyak yang perlu dipelajari selanjutnya dari Al-Quran.
“Membaca Al-Quran tidak boleh seadanya tanpa memperhatikan hukum bacaan sesuai tajwidnya, utamanya panjang pendeknya, penyebutan huruf sesuai makhrajnya serta hukum bacaan tajwid lainnya. Membaca Al-Quran dengan mengabaikan ketelitian dalam penyembuhan huruf-hurufnya, bisa berakibat fatal karena salah menyebut huruf saat membaca Alquran akan berakibat rusaknya makna ayat. Dengan kata lain salah melafalkan huruf hijaiyyah Alquran akan otomatis mengubah makna ayat . Sehingga sekali lagi belajar Alquran tidak cukup hanya sampai batas wisuda akan tetapi berlanjut hingga ketingkat selanjutnya hingga mahir membaca Al-Quran,â€jelas Ramli.
Acara wisuda periode tahun 2021 ini mengambil tema : “Melalui Taman Pendidikan Alquran ( TPQ), bersama Penyuluh Agama Islam kita bangun generasi Qur’ani yang mandiri, cerdas dan disiplin bersosial mediaâ€.
Maksud dari tema ini adalah bahwa generasi milenial saat ini mustahil dihindarkan dari handphone, karena anak-anak sekolah belajarnya juga lewat handphone, akan tetapi bagaimana melindungi anak dari pengaruh buruk handphone adalah menjadi garapan penyuluh Agama. Yakni dengan mengarahkan dan berupaya menggiring anak-anak santri binaan untuk lebih mencintai dan memiliki ghirah belajar Alquran dan atau pendidikan keagamaan lewat aplikasi elektronik yang banyak memperkenalkan fitur-fitur baru bermuatan pendidikan akhlaq Islami, ketimbang fitur-fitur yang bermuatan tidak mendidik.
Misalnya memperkenalkan e-Alquran, memilihkan artikel bermuatan dakwah, film cartoon islami dan aplikasi game anak Islam.
Diharapkan setelah dikenalkan dengan fitur-fitur pembelajaran islami lewat aplikasi android, maka mereka tanpa diawasi akan berselancar di dunia maya secara mandiri dan disiplin untuk tidak lagi singgah pada menu-menu dunia maya yang tidak manfaat dan tidak mendidik. Mereka akan terbiasa dengan youtube al-Qur’an, Tiktok Islami, Vidio Murattal dls.
Peserta wisuda berjumlah 75 orang dari santri TPQ (tidak hadir 1 orang) dan 9 orang santri dewasa dari KBQ Sanggar Alquran Usila AMTI (tidak hadir 2 orang). (Husri/Ulya)