Makassar, (Inmas Sulsel). Kendati tenda-tenda di Mina telah dilengkapi dengan fasilitas pendingin (AC), namun jemaah mendambakan perlunya penambahan fasilitas toilet di Mina. ‘’Perlu penambahan toilet di Mina,’’ ujar H. Abd. Jabbar, salah satu jemaah haji kloter 15 asal Kabupaten Bantaeng yang dimintai tanggapan soal fasilitas di Arab Saudi, di sela-sela penerimaan jemaah kloter 15, di aula asrama haji Sudiang, Sabtu (8/9).
Menurut Abd. Jabbar, secara umum pelayanan di tanah suci sudah baik, sisa pelayanan saat jemaah di Mina. Di Mina adalah titik berkumpul jemaah dan bermalam (mabit), semua jemaah haji yang berangkat ke tanah suci. Ketemu semua di Mina, sementara fasilitas toilet masih terbatas, sehingga ke depan masih perlu penambahan toilet.
‘’Ini mungkin menjadi masukan buat pemerintah untuk ke depannya. Di Madinah, Arafah, Musdalifah, lumayanlah. Di Mina masih terdapat sedikit persoalan dengan keterbatasan fasilitas itu tadi,’’ ucap Abd. Jabbar.
Dikatakan, keterbatasan toilet di Mina ini yang menjadi perhatian. Toilet yang minim dengan jumlah jemaah yang banyak jadinya harus antri menunggu, ya begitulah kondisinya,’’ ujar H. Abd. Jabbar.
Senada dengan Abd. Jabbar, H. Haminkun, jemaah asal Tual Provinsi Maluku ini, mengatakan, jempol dengan kegiatan-kegiatan haji yang berkembang pesat dari tahun ke tahun.
‘’Pelayanan kita mulai baik, sejak di daerah, di embarkasi, hingga ke tanah suci dan kembali ke tanah air, semua pelayanan boleh dibilang maksimal,’’ tandasnya.
Dia mengatakan, Indonesia beda dengan negara lain, pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sudah melakukan kerja sama, sehingga penyelenggaraan haji terkoordinir dengan baik. Dan berjalan sesuai rencana,’’ tandas lelaki kelahiran Tual itu.
Pensiunan guru SD di ini, menyarankan peningkatan layanan tenda dan toilet di Mina. ‘’Ya bagaimanalah caranya untuk mengantisipasi di tengah ke padatan jemaah yang begitu padat. Fasilitas tenda dan toilet sangat menjadi kebutuhan jemaah.
‘’Kondisinya ya harus antre. Butuh kesabaran,’’ ucap Haminkun yang tahun ini berangkat bersama dengan istri.
Di sela-sela menunggu pemberangkatan jemaah kloter 12 lainnya ke kota asalnya Tual, dia menyebut, semua jemaah sudah terlatih kesabarannya, mulai di kampung sana sudah diuji dengan bebagai kesabaran, cobaan menghadapi hajatan ibadah haji hingga pulang ke tanah air.
Haminkun yang mengaku sudah dua kali ke tanah suci, sebelumnya 2010 menuturkan, posisi Mina beda dengan Arafah. Di Arafah, lanjut dia, ketersediaan sarana dan fasilitas masih memadai. Tolilet dan tenda-tenda cukup karena memang telah dijatah, jumlah tenda berapa, dan berapa jemaah yang menghuni tenda.
Di Arafah, fasilitas memadai, sehingga jemaah bisa beribadah dengan baik. Beda dengan Mina yang lokasinya sempit lagi harus menampung begitu banyak jemaah dalam waktu yang bersamaan.
Seperti diketahui bermalam di Mina sejak 11 hingga 13 Dzulhijah, dalam tanggal hijriyah, menjadi satu kewajiban haji yang tak boleh dilewatkan. Mabit (bermalam) di Mina, sesuai dengan ketentuan pemerintah Arab Saudi satu jemaah mendapatkan 1,5 meter (tempat untuk tidur).
Wilayah Mina yang tak bisa diperluas, maka kebijakan tersebut diharapkan menjadi solusi sementara untuk mengurangi kepadatan. Ke depan, rencana pemerintah masih mengupayakan alternatif lain seperti membuat tenda bertingkat yang bisa menampung jemaah lebih banyak, semoga bisa terealisasi.
“Yang perlu dilakukan jemaah yang penting tetap menjaga efektifitas waktu (ibadah) dan menjaga kesehatan agar bisa terhindar dari berbagai penyakit,” katanya. (dir)