Opini

Membedah Orientasi Prestasi dan Prestise

Armin, SS, M.Pd

Oleh : Armin, SS, M.Pd.
Penulis adalah Penghulu Muda pada KUA Pallangga

Prestise dan Prestasi adalah dua kata yang mirip tapi tidak sama, penulis akan mencoba mengulasnya secara singkat.

Kata prestise hanya mengundang kesan kekaguman terhadap sebuah proses penciptaan kemudian dikelola dalam sebuah proses sakralisasi.

Sebaliknya, prestasi adalah sebuah jasa dan karya yang bisa membawa pada sebuah karya yang mempunyai kegunaan yang jelas bagi ketuhanan, kemanusiaan dan lingkungan.

Prinsip memandang kemuliaan berdasarkan kehidupan dunia fana sudah mendarah daging dalam kehidupan umat manusia sejak dulu, mulai saat nabi Adam diciptakan sampai sekarang. Secara obyektif dengan melihat orientasi dan tuntunan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara, manusia sangat memahami atau sudah terlatih dalam melihat ukuran martabat manusia baik dari sisi prestasi maupun martabat sosial dalam hidupnya.

Saat manusia menyadari bahwa segala yang terjadi pada diri kita bukan karena pilihan kita sendiri, tetapi karena ketentuan Allah kepada kita, seperti tempat dan waktu kita dilahirkan, warna kulit kita, bahasa kita dan sebagainya. Maka itu tidak boleh menjadi dasar perbedaan derajat bagi manusia.

Dalam Al-Quran dikisahkan bahwa dosa makhluk yang pertama adalah berkaitan dengan Rasialisme dimana saat iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam AS, dengan alasan bahwa iblis lebih baik dari Adam karena dia diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Serta merta iblis merasa bahwa penciptaannya dari api lebih tinggi dari pada penciptaan dari tanah, padahal asal penciptaan ini bukan pilihan dia sendiri, melainkan pilihan Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam QS: Al-Hujurat 49:13 yang artinya : "Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, Maha Teliti".

Penegasan dalam ayat tersebut adalah menggambarkan bahwa derajat manusia bukan berdasarkan orientasi prestise, seperti keturunan, asal daerah, warna kulit, dan segala sesuatu yang bersifat ascribtive atau kenisbatan. Sebaliknya karena adanya penegasan bahwa sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa, maka manusia itu diukur tinggi rendahnya seseorang tergantung apa yang telah diraih dan diperbuatnya.

Dari sisi ilmu sosiologi biasanya disebut sebagai achievment atau achievement orientation, biasa juga disebut orientasi penghargaan berdasarkan hasil atau prestasi kerja seseorang.

Sementara orientasi prestise bersifat ascribtive (kenisbatan) tidak boleh dijadikan alat untuk mengukur tinggi rendahnya derajat manusia karena semua itu sudah takdir dari Allah, bukan pilihan manusia. Sementara yang menjadi pilihan manusia adalah amal dan perbuatannya (prestasi), eksistensi manusia menurut pandangan Islam adalah karena amalnya "Kita Ada Karena Kita Beramal".

Wallahu a'lam bissawab


Daerah LAINNYA