Humas As'adiyah Galung Beru

Pembina Tahfizh PP. As'adiyah Galung Beru Isi Kajian Keislaman Via Online

Jusman Imam, Pembina Tahfizh PP. As'adiyah Galung Beru Isi Kajian Keislaman Via Online

Galung Beru, (Humas Bulukumba) – Pembina Tahfizh Pondok Pesantren As’adiyah Galung Beru yang juga Ketua Majelis Dzikir Rijalul Ansor Bulukumba, Jusman Imam menegaskan, Islam Nusantara bukanlah model Islam baru tapi merupakan suatu wujud secara empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara setidaknya sejak abad ke-16.

Hal itu ditegaskan Imam saat menjadi narasumber kajian Islam Nusantara via online yang diprakarsai pengurus Ikatan Keluarga Alumni Ponpes Madrasatul Quran Hasyim Asy’ari (IKAHASY) Kabupaten Bantaeng, Jumat (01/07/2022).

"Model Islam ini sebagai hasil dari interaksi, kontekstualisasi, dan interpretasi terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal, sebagaimana yang sesuai dengan realitas sosio-kultural Indonesia," kata Imam.

Menurutnya, Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal di Indonesia dalam merumuskan fikihnya. Selain itu juga sebagai bentuk penafsiran alternatif masyarakat Islam global yang selama ini selalu didominasi perspektif Arab dan Timur Tengah.

Lebih lanjut Imam menjelaskan, karakteristik utama dari Islam Nusantara adalah tawasut (moderat), rahmah (pengasih), anti-radikal, inklusif dan toleran. Kemudian hubungannya dengan budaya lokal, lebih menggunakan pendekatan yang simpatik dalam menjalankan syiar Islam, tidak menghancurkan, merusak, atau membasmi budaya asli. Namun, merangkul, menghormati, memelihara, serta melestarikan budaya lokal bahkan sampai dengan ranah fikih.

“Paham Islam Nusantara adalah paham yang mengakomodasi kearifan lokal atau praktik tradisi masyarakat Indonesia, yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam sesuai dengan tuntunan Al Quran dan hadis shahih. Misalnya, seperti peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tahlilan, zikir bersama atau praktik kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lokal di masyarakat suatu daerah,” lanjutnya.

Diakhir materinya, Imam menyimpulkan bahwa Islam Nusantara bukan madzhab, bukan aliran aliran baru yang memunculkan aturan baru, melainkan Islamul Khashais, tipologi, karakter, atau ciri khas yang menyatukan budaya dengan agama.

Kajian online ini diikuti puluhan pengurus inti Ikahasy. Untuk lebih detailnya penjelasan tentang Islam Nusantara, pengurus berinisiatif akan melakukan kajian secara tatap muka. (JSI)


Daerah LAINNYA