slot demo mirip asli Penghulu KUA Bontomarannu : Jangan Jadi Da'i Do'a, Jadilah Penerang Karena Allah
Kegiatan KUA Bontomarannu

Penghulu KUA Bontomarannu : Jangan Jadi Da'i Do'a, Jadilah Penerang Karena Allah

Diskusi ringan dilakukan setelah kegiatan Rabu Sehat

Bontomarannu (Humas Gowa). Rukaya salah satu penyuluh agama KUA Kecamatan Bontomarannu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya ketika mengikuti peringatan maulid nabi pada bincang santai di KUA Bontomarannu, Rabu (16/11/2022) pagi itu.

Yang menarik menurut Rukaya karena ceramahnya berantai dibawakan oleh Ribas (Risalah Berjamaah Subuh) beranggotakan 11 orang dan pembahasan yang berbeda - beda.

Yang jadi pertanyaan kemudian kenapa masih marak perayaan Maulid Nabi padahal sudah masuk Rabiul Akhir. Moment acara jangan sampai sudah basi atau tidak lagi menarik ketika dimanfaatkan untuk syiar agama, jadi bahan diskusi dihadapan para pemuka agama yang terdiri dari penyuluh, penghulu dan imam Desa Sokkolia.

Rukaya mengutip pernyataan salah satu penceramah mengatakan, "Mencintai Nabi tanpa syarat sehingga peringatan itu tidak perlu pada moment Rabiul Awal saja".

Dg Tojeng panggilan akrab Abd. Jabbar pun menimpali, bahwa harus bisa dibedakan antara perayaan dan peringatan.

Menurutnya, perayaan dalam Islam itu hanya 2 yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. "Sedangkan peringatan bisa kapan saja kita lakukan, apalagi momen Maulid itu bisa dijadikan syiar untuk meluruskan pemahaman ummat terkait kesalahpahaman tentang Maulid yang sudah mendarah daging," tutur ketua Pokja TPQ Gowa itu.

Dg Tojeng yang memiliki wawasan yang luas terkait budaya Makassar dan juga pemahaman agama yang dalam pun menyebutkan salah satu pemahaman yang perlu diluruskan dalam bahasa Makassar. 
Apa nikaddo' rianja rilappakkang ri suruga, kanre maudu' siagang pittara' ri bulang rumallang (Apa yang menjadi bekal di hari kemudian yang akan disajikan di surga nanti yakni kanre maudu dan zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan Ramadhan.

Apalagi kemudian memberikan makna pada kanre maudu. "Kita sebagai penyuluh harus mendudukkan perkara itu pada asalnya yaitu kembali ke hukum Islam, bukan malah menambah-nambahi," imbuhnya.

"Jadilah penerang atau penyuluh karena Allah. Ikhlas beramal, bukan karena Doa (plesetan dari Dorongan Amplop)", H. Alim Bahri pun menambahkan pada diskusi pagi hari itu, dengan anggukan dari Imam Desa Sokkolia sambil tersenyum simpul dan seraya membenarkan pernyataan penghulu tersebut. (iar/OH)


Daerah LAINNYA