Parepare, (Inmas Parepare) - Seminar Nasional yang digelar di Aula Pondok Pesantren Darud Da'wah Wal-Irsyad (Pontren DDI) Lil Banat Ujung Lare yang beralamat jl. Abu Bakar Lambogo No. 53, Kamis (29/8/2019) dihadiri oleh ratusan sivitas akademik.
Kegiatan yang diberi tema "Dakwah Islam Wasathiyah Perspektif Pendidikan Islam di Era Milenial" dengan pemateri Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf Khalid, Lc., MA, kebanyakn dihadiri oleh dosen-dosen serta guru-guru, kemudian dibuka oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DDI Kota Parepare.
Penyuluh agama Pareparepun turut ambil andil dalam suksesnya Seminar Nasional yang digelar oleh STAI DDI Parepare yaitu Ustad Ali Hafid selaku Ketua Panitia dan Ustad Nurdin selaku Moderator pada kegiatan tersebut.
H. Abu Bakar Juddah selaku ketua STAI DDI mengutarakan rasa terima kasih kepada seluruh elemen yang menyukseskan kegiatan Seminar Nasional.
"Selain itu, saya takjub ketika melihat gerakan panitia melalui dunia maya seperti menyebarluaskan info kegiatan melalui media WA", ucapnya Ketua STAI DDI Parepare
"Tujuan daripada kegiatan ini antara lain bagaimana STAI DDI Parepare dikenal luas oleh masyarakat sebagai warisan Anre Gurutta K.H.Abdurrahman Ambo Dalle, juga bertujuan memberikan pemahaman islam wasathiyah atau islam moderat ditengah-tengah kaum milenial yang pahamnya serba instan yang bisa saja terjangkiti paham-paham ekstrim", terangnya
Selanjutnya, Nurdin sebagai moderator mengambil alih dengan memperkenalkan biografi pemateri yang diketahui lahir pada tahum 1959 di Selangor Malaysia dan juga pemateri pernah mondok di Pondok Pesantren DDI Ujung Lare tahun 1975 hingga 1978.
H.Muhammad Yusuf Khalid menjelaskan, tidak hanya cukup ilmu fikih saja atau tasawwuf saja, sehingga bisa menemukan kebenaran.
"Dalam ungkapan begini Man tashawwafa wa lam yatafaqqah faqad tazandaqa, wa man tafaqqaha wa lam yatashawwaf faqad tafassaqa, wa man tashawwafa wa tafaqqaha faqad tahaqqaqa", katanya saat membuka materi
"Kadang kita mendapati orang yang hanya membenarkan dirinya tapi menyalahkan orang lain dengan dalilnya, dia tidak paham dengan ungkapan tadi yaitu barang siapa yang bertashawwuf tapi tidak berfiqih, maka ia kafir, barang siapa yang berfiqih tapi tidak bertashawwuf, maka ia fasik, dan barang siapa yang mempelajari keduanya, maka ia akan mendapati kebenaran", ungkap Guru Besar Universitas Sains Islam Malaysia. (str)