PERAN AKTIF PENYULUH AGAMA DALAM PENANGGULANGAN STUNTING

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Parepare (Humas Parepare) - Peran aktif Penyuluh Agama Islam melalui Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) sebagai obyek binaan temporer dalam seminar kesehatan dengan tema “Massifikasi  Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius, Berkemajuan dan Selamatkan Anak dari STUNTING (Gizi Buruk)” di BarugaE Komp. Rujab Walikota Parepare, kamis (29/3/2018).

Seminar ini diselenggarakan oleh Darul Arqam Aisyiyah bekerja sama dengan PDM dan Dinas Kesehatan Kota parepare dan Lazismu. Peserta terdiri dari Ormas, Tokoh Agama, Organisasi Wanita (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak-P3A) dan Kader Posyandu.

Seminar ini membahas panjang lebar tentang Stunting dan langkah untuk menanggulangi dengan menghadirkan nara sumber dari Dinas Kesehatan, Karna S, M. Keb

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat. Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi.

Kondisi ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan sejak ia masih di dalam kandungan (1000 hari kehidupan). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20% kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI Eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.

Stunting merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi negara Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam sehingga menjadi perhatian semua pihak untuk menanggulanginya.

Hal inilah yang melatar belakangi terselenggaranya seminar yang membahas tentang stunting serta langkah penanggungannya dalam rangka mencetak generasi emas dan kuat sebagai tonggak kemajuan bangsa dan Agama (Islam).

Lebih lanjut Karna menjelaskan bahwa stunting selain berdampak pada fisik seorang anak, juga berdampak pada perilaku serta kecerdasan (IQ) seorang anak. Stunting bukan faktor genetik sebagaimana opini yang berkembang, melainkan kelalaian orang tua (ibu) dalam pengasuhan dan pemberian gizi seimbang.

“Pencegahan stunting dilakukan sejak 1000 hari kehidupan atau sejak dalam kandungan. Orang tua terutama ibu harus lebih menyadari pentingnya pemberian gizi seimbang, pemberian ASI eksklusif dan pemeriksaan kehamilan lengkap ke posyandu sebagai langkah penanggulangan Stunting dalam mencetak generasi yang kuat”, ucapnya.

Dalam syariat Agama Islam dikatakan “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah….”. Bagaimana mungkin kita bisa mencetak generasi yang kuat sebagai tonggak kemajuan bangsa dan agama jika generasi kita mengalami stunting yang dapat menghambat pertumbuhan anak dan menurunkan kecerdasan (IQ) seorang anak. Olehnya itu tanggung jawab orang tua untuk memberikan makanan yang halalan thayyiban dalam artian halal, baik lagi bergizi. (ar/nb/arf)

 

 


Daerah LAINNYA