Manifestasi Rasa Cinta kepada Rasulullah, Pontren DDI Ujung Lare Gelar Maulid

Maulid Nabi di Pontren DDI Ujung Lare

Parepare, (Humas Parepare) - Pondok Pesantren DDI Lil Banat Ujung Lare Parepare menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriyah dirangkaikan dengan pembukaan masa perkuliahan STAI DDI Parepare Semester Ganjil Tahun Akademik 2023/2024, di Masjid Ar-Radhiyah Pondok Pesantren DDI Lil Banat Ujung Lare Parepare, Ahad (24/09/2023).

Maulid kali ini bertemakan “Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW untuk Mewujudkan Semangat Islam Wasathiyah dalam Bingkai Ukhuwah Addariyah”, kegiatan ini dilaksanakan kerjasama dengan PP Ummahat DDI, PP Fatayat DDI, STAI DDI Parepare, PD Ummahat DDI dan PD Fatayat DDI. 

Hadir sekaligus menbawakan hikmah maulid Ketua PB. DDI Prof. H. Syamsul Bahri Andi Galigo, Pimpinan Pondok Pesantren DDI Lil Banat Ujung Lare Prof. H. Abd. Rahim Arsyad, Ketua STAI DDI, Muh. Djunaid, Ketua Majelis Ulama (MUI) Kota Parepare H.  Halim Kuneng, dan Ketua PD DDI H. Muh. Amin Iskandar yang juga sekaligus mewakili Kakan Kemenag Parepare. Hadir pula Badan Otonom DDI (PP Ummahat, PP Fatayat, STAI DDI, PD Ummahat, PD Fatayat, IMDI, IP. DDI, Kepala Madrasah DDI se-Kota Parepare) dan seluruh Warga DDI se-Ajatappareng.

Mewakili Kakan Kemenag Kota Parepare, yang juga sekaligus sebagai Ketua PD DDI Kota Parepare, H. Muh. Amin Iskandar menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan maulid. “Saya sangat berbangga atas komitmen kita melaksanakan kegiatan maulid yang dilaksanakan hari ini sebagai upaya untuk senantiasa mengembangkan syiar Islam,”ujarnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa kegiatan maulid diharapkan menjadi momen untuk meningkatkan kualitas keimanan. ”Pelaksanaan kegiatan seperti ini tidak hanya dilaksanakan secara  seremonial belaka, namun untuk lebih mengenal sosok Rasulullah Muhammad saw, salah satunya melalui bacaan barazanji, selain itu tentu kegiatan ini untuk mempermantap kualitas keimanan dan kesadaran sosial kita sebagai mahluk Allah. Atas nama Kementerian agama menyampaikan terima kasih kepada pelaksanaan kegiatan ini,”ungkapnya. 

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren DDI Lil Banat Ujung lare, Abd. Rahim Arsyad dalam sambutannya, menyampaikan bahwa maulid merupakan suatu kewajiban karena kelahiran Nabi Muhammad diabadikan dalam Alquran dengan suatu peristiwa besar, ini menjelaskan bahwa lahirnya Rasulullah adalah hari ketuhanan dan ini adalah perintah Allah sama dengan Isra Miraj. 

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa maulid boleh dilakukan secara pribadi maupun berjamaah sebagai manifestasi rasa cinta kepada Rasulullah.

“Maulid boleh dilakukan secara pribadi (salawat dan membaca barzanji) maupun secara berjamaah seperti yang kita lakukan sekarang ini. Memang dalam hadis tidak pernah ada langsung perintah seperti ini, namun peringatan ini menunjukkan manifestasi kecintaan kita kepada Rasulullah, sama ketika mencium tangan kedua orang tua, tidak ada ayatnya, namun karena mencium tangan adalah manifestasi perintah cinta kepada orang tua. Tidak ada perintahnya mencium Alquran, namun itu adalah manifestasi penghormatan kita kepada Al-Quran, dengan kecintaan ini kita melakukannya. Olehnya itu mudah-mudahan dengan peringatan maulid secara berjamaah ini dapat meningkatkan cinta kita kepada Rasulullah,”harapnya. 

Sementara itu dalam uraian Maulid Nabi Besar Muhammad saw di depan 267 santri dan hadirin undangan, Gurutta H. Syamsul Bahri Andi Galigo mengisahkan lahirnya DDI di bulan maulid.

“Maulid adalah suatu ajaran yang sudah melekat dengan DDI dan nama DDI lahir ketika peristiwa maulid di Soppeng tahun 1947, kemudiaan jadilah DDI Mangkoso oleh AGH. Abdurrahman Ambo Dalle. Sekarang umur DDI Sudah 85 tahun dan Insyaa Allah akan diadakan Milad DDI yang difokuskan di Lapangan Karebosi Makassar yang akan dihadiri seluruh warga DDI se-Indonesia pada bulan Desember mendatang,”ujarnya.

Mengingat usia DDI yang sudah memasuki 85 tahun, ia juga menjelaskan peran DDI pada masa kemerdekaan negara Republik Indonesia sebagai organisasi prakemerdekaan dalam artian ikut berjuang memerdekakan Indonesia.

Kaitannya dengan tradisi pelaksanaan maulid di Sulawesi H. Syamsul Bahri Andi Galigo menjelaskan perbedaan istilah maulid dan maulud. “Kita di Sulawesi ini ada dua istilah yang biasa dipakai yakni maulid dan maulud. Maulid melekat pada tempatnya sedangkan Maulud melekat pada diri Rasulullah. Rasulullah sebagai uswah menjadi contoh bagaimana cara hidup yang baik agar mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat dan Nabi Muhammad diturunkan sebagai makhluk yang paling mulia di sisi Allah swt serta kewajiban kita adalah meyakini bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan salawat termasuk ibadah paling mulia dan termasuk perintah Allah,”tandasnya.(Mira/Wn)


Daerah LAINNYA