Galung Beru, (Humas Bulukumba) – Pesantren adalah tempat menyemai bibit-bibit positif santri. Tumbuh-kembangnya berlanjut ke tengah-tengah masyarakat. Manisnya ilmu dan berkah pesantren akan dirasakan ketika mereka sudah pulang ke rumah masing-masing. Selasa, 14/6/2022.
Santri diajarkan untuk hidup disiplin di pesantren. Sejak pagi-pagi hingga beranjak tidur malam, semua tidak terlepas dari yang namanya jadwal dan aturan. Jadwal pesantren menjadikan santri pandai mengatur waktu. Dari jam sekolah, jam makan, ngaji, dan jam tidur sudah diatur rapi.
Jusman Imam, Pembina Ponpes As’adiyah Galung Beru mengatakan, santri bukan hanya diajarkan untuk hidup disiplin dalam mengatur waktu, tapi juga menjadi manusia yang peka. Peka terhadap lingkungan sekitar. Lebih-lebih kepekaan sosial.
“Semua kegiatan tersebut diawasi oleh kiai, Pembina asrama, dan pengurus. Ada sanksi sebagai controling santri dalam berperilaku di pesantren. Punishment yang mendidik dan memberi efek jera,” kata Imam
Ditambahkan Imam, santri saat melihat sampah berserakan, tidak perlu diminta untuk membersihkan, mereka akan langsung menyapu bersih. Saat ada temannya yang jatuh sakit, santri tidak perlu diminta untuk merawatnya. Sesama santri merasa seperti satu tubuh. Saat ada anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota akan ikut merasakannya.
Begitu juga jiwa sosial para santri, rasanya tidak perlu diragukan lagi. Ketika mereka sudah pulang ke tengah-tengah masyarakat, jiwa sosialnya bisa dipertaruhkan.
Teori dan praktek dalam hal sosial sudah matang di pesantren, tinggal pengembangannya saja. Sungguh sangat beruntung bapak atau ibu yang anaknya mondok. Juga, bapak-ibu yang memiliki menantu santri. (JSI)