Parangloe (Humas Gowa). Penyuluh Agama KUA Parangloe terjun langsung saat kondisi duka warga di Dusun Panyeroang Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe.

Penyuluh Agama KUA Parangloe, Hj. Mardiyah dihadapan sekira 50 orang jamaah yang hadir pada malam takziyah alm. Sudding Karaeng Gassing mengatakan, kematian bukanlah hal baru dalam kehidupan, karena setiap yang bernyawa sudah pasti akan merasakan mati.

"Oleh karena itu janganlah kita takut mati. Dan jangan pula mencari mati. Namun marilah kita mempersiapkan bekal sebelum mati. Karena kematian bukanlah akhir dari segalanya, akan tetapi adalah awal memulai kehidupan kekal yang sebenarnya," katanya pada Ahad (8/1/2023) malam.

Oleh karena itu, sambung Hj. Mardiyah, kehidupan sebelum mati adalah kunci kita menuju akhirat. "Dan menggiring kita ke syurga atau neraka," tandasnya.

Penyuluh Agama dituntut memaksimalkan tugas dan fungsi mereka dalam masyarakat. Misalnya dalam kondisi Duka warga binaanya. Mereka, selain sebagai penyelenggara pengurus jenazah, juga dituntut multitalenta dalam segala situasi dan kondisi.

Seperti Mardiyah, dalam kondisi itu, ia harus bisa berperan ganda, sebagai penyelenggara jenazah juga mengaji sebelum membawakan tausiyah dihadapan para jamaah.

Tak dapat dipungkiri kehadiran penyuluh Agama dalam masyarakat sangatlah dibutuhkan, karena mereka berperan penting apalagi dalam situasi dan kondisi tak tentu, misalnya dalam musibah kematian.

"Para penyuluhlah yang berperan aktif dalam masyarakat. Tentunya hal ini menjadi contoh teladan yang baik dalam masyarakat yang harus dilestarikan," tandas Mardiyah.

Sementara itu, Kepala KUA Kecamatan Parangloe, Muhiddin terus memberikan dukungan dan selalu membakar semangat para Penyuluh Agama di wilayah kerjanya.

"Kami mensupport anggota, agar bisa menjadi obor yang multifungsi dan multi talenta dalam masyarakat," tandasnya.(Asmi/OH)