Bontomarannu (Humas Gowa). Ditinggalkan selamanya oleh kedua orang tua bukanlah pilihan bagi seorang anak. Kematian sudah digariskan dan tercatat di kitab Lauhul Mahfudz.
Menjadi persoalan adalah orang yang diberikan amanah untuk memelihara anak yatim adalah jalan yang dipilih. Apakah memelihara anak itu dengan baik atau malah menghardiknya atau tidak memberi makan.
Hal ini disampaikan Putriani, Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Bontomarannu dihadapan anggota Majelis Taklim Aisyah yang berada di Desa Nirannuang, Rabu (29/11/2023).
Setelah membaca bersama surah Al Maun, Putriani menyampaikan makna yang terkandung dalam surah tersebut. Terlebih saat ini kehidupan yang lebih didominasi individualisme akibat pengaruh budaya barat saat ini. Sehingga kaum muslimin seolah lupa dengan perintah Allah dalam surah ini.
Coba kita bandingkan bagaimana masyarakat Palestina di Gaza yang di dada mereka sudah terdidik Al-Qur'an sejak kecil ketika mereka kehilangan orang tua mereka, maka orang dewasa langsung memelihara mereka seperti anak sendiri, tuturnya. "Sehingga anak yatim piatu tumbuh menjadi anak yang pemberani dan tidak pernah merasa kehilangan kasih sayang orang tua. Itulah budaya kita sebagai orang muslim," sambungnya.
Ia berharap, setiap muslim ketika membaca surah ini dan dalam rumahnya memelihara anak yatim untuk senantiasa menyayangi mereka dan memenuhi kebutuhannya. "Supaya tidak masuk dalam golongan orang yang mendustakan agama," tambahnya.(iar/OH)
Daerah
Kegiatan KUA Bontomarannu
Putriani : "Hardik Anak Yatim = Dustakan Agama"
- Rabu, 29 November 2023 | 11:39 WIB