Opini

HAB Asasi Manusia

Penghulu Muda yang aktif menulis opini

HAB Asasi Manusia

Oleh : H. Aliem Bahri
Penulis adalah Penghulu Muda pada KUA Somba Opu, Gowa.

Tidak salah judul ini? Bukannya hak asasi manusia biasa disingkat HAM?
Lalu kenapa HAB dengan huruf kapital?
Apa itu HAB?
Apakah HAB memiliki relevansi dengan HAM?

Ammar berjalan sedikit gontai menuju kantin yang terletak di belakang kantor Kementerian Agama Gowa. Badannya bermandi peluh. Kaos yang dikenakannya terlihat basah penuh keringat.
Sesekali dia mengangkat tangan menyapa beberapa pegawai yang berseliweran di halaman kantor.
Suasana kantin terlihat ramai oleh para peserta PORSENI dalam rangka Hari Amal Bhakti Kementerian Agama.
Ammar memilih tempat duduk berdekatan dengan Gelo, agak terpisah dengan pengunjung kantin lainnya.

"Tim tarik tambangmu menang, Mar?" Gelo segera menyodorkan pertanyaan pembuka.
Ammar tidak segera menjawab.
Tangannya asyik memijit betisnya.

"Mar, jawab pertanyaanku!," nada suara Gelo agak meninggi karena Ammar seperti tidak peduli.

"Pertanyaanmu tidak bermutu, Gelo" jawab Ammar tersenyum tipis.

"Pertanyaanmu terlalu hitam putih.
Terlalu teknis," tambahnya lagi.
"Di benakmu setiap lomba atau pertandingan hanyalah berujung pada soal kalah dan menang. Padahal lomba tarik tambang ini hanya sekedar media agar kita semua semakin akrab dan dekat satu sama lain sebagai sesama keluarga besar Kementerian Agama," sambung Ammar serius meski dengan mimik masih tersenyum tipis.

"Iya juga sih, tapi kan menjadi pemenang lomba itu penting juga," Gelo mencoba menyanggah.

"Betul, menjadi pemenang lomba itu penting, tapi bukan yang terpenting," sambung Ammar makin serius menjawab pertanyaan Gelo.

Teng..teng..teng.. (nada dering HP Gelo berbunyi)

"Ooh begitu," ucap Gelo pelan.

"Iyalah, yang terpenting itu adalah bagaimana kita memaknai lomba yang kita adakan ini sebagai event tahunan dalam rangka HAB kita ini.
Kita selenggarakan lomba ini sebagai bentuk rasa syukur karena lembaga Kementerian Agama ini lahir tanggal 3 Januari 1946 yang tepat berumur 78 tahun di tanggal 3 Januari 2024.
Usia 78 tentulah usia yang cukup matang bagi eksistensi lembaga yang membidangi pelayanan urusan kehidupan umat beragama yang semakin dinamis dan kompleks di negara lndonesia tercinta," jelas Ammar panjang kali lebar.

"Hmm begitu ya," Gelo berucap pendek.

Tanpa menoleh ke arah Gelo, Ammar melanjutkan uraiannya.

"Iyalah, dan patut dicatat bahwa Kementerian Agama ini tidak menyebut momentum lahirnya dengan sebutan hari ulang tahun (HUT) atau hari lahir (Harlah) atau milad tetapi menggunakan sebutan Hari Amal Bakti yang biasa disingkat HAB.
Ini menjadi menarik karena dari penamaan HAB itu sendiri sudah menunjukkan betapa Kementerian Agama dalam  bekerja berorientasi pada amal kebaikan dan bakti kepada kepentingan sosial rakyat lndonesia.
Dan kamu tahu, Gelo, Hari Amal Bakti di tahun 2024 ini mengusung tema: lndonesia Hebat Bersama Umat," imbuh Ammar.

"Luar biasa," tukas Gelo.

"Pastilah luar biasa karena ini makin mengukuhkan peran Kementerian Agama  dalam mengelola umat agar lndonesia makin digdaya dan hebat di masa kini dan di masa depan," tutur Ammar.

"Oohh terus gimana?" Nada suara Gelo terdengar penasaran. Merasa Gelo sangat responsif membuat Ammar makin bersemangat  memaparkan pendapatnya.

"Nah, salah satu program prioritas penting dari Kementerian Agama di kondisi kekinian umat beragama di negara kita ini adalah penguatan moderasi beragama.
Bila kita semua warganegara bermoderasi beragama maka tentu saja akan tercipta kehidupan yang harmonis, rukun dan nyaman," Ammar masih menjelaskan dengan semangat.

Nah, ukurannya mudah untuk menilai moderasi beragama itu.
1. Komitmen kebangsaan.
2. Toleransi.
3. Anti kekerasan.
4. Penerimaan terhadap tradisi.
Bila ini semua tercapai secara maksimal maka automatically hak-hak mendasar semua warga negara juga terpenuhi.

"Makanya saya berani menyebut HAB Asasi Manusia," tegas Ammar berucap.

"Mantap," respon Gelo antusias.

"Iya dong, pasti mantaplah Kementerian kita ini," sambung Ammar sambil memperbaiki duduknya. Tanpa memandang Gelo lagi, Ammar kembali melanjutkan opininya.

"Bukankah HAM atau hak asasi manusia itu adalah hak-hak fundamental yang melekat pada semua individu.
Pada deklarasi universal hak asasi manusia sangat jelas disebutkan : All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.

Yang artinya kurang lebih bahwa semua manusia terlahir merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama.
Semua manusia dikaruniai akal dan nurani dan hendaknya saling bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Nah, dengan kita ber-HAB ini maka kita berhak dong menjalankan peran-peran kita sebagai anak bangsa yang bersatu.
kita juga kita berhak mendapatkan rasa nyaman dalam beribadah.

"Kitapun berhak mendapatkan kedamaian dalam bergaul di kehidupan sosial tanpa rongrongan kekerasan dan juga tentu saja kita berhak menjalankan tradisi dan budaya lokal kita masing-masing," lanjut Ammar bertutur.

"Hmm.. terus kamu sekarang ada di mana, Fadil?," tanya Gelo agak keras.

What? Ammar tersentak kaget mendengar pertanyaan Gelo yang tidak connect dengan penjelasan yang baru saja Ammar sampaikan panjang lebar tinggi dan luas.
Mata Ammar mendelik ke arah Gelo yang berwajah tanpa dosa mendengarkan suara Fadil di seberang telepon.

"Wassalamu alaikum," pungkas Gelo menutup pembicaraan dengan Fadil di ujung telepon.

Astagaaa..Ammar menepuk jidat.
Ternyata Gelo sejak tadi  berbicara via HP dengan Fadil.(edited/OH)


Opini LAINNYA

Berada di Tengah Itu Asyik

Cara Mengurus Produser Nikah

HAB Asasi Manusia

Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini