In Memoriam Prof. KH. Iskandar Idy

In Memoriam Prof KH Iskandar Idy
Manajemen Kehidupan (1)

Oleh : H. Kaswad Sartono

Tulisan ini hadir karena ada relasi emosional-struktural yang begitu mendalam antara saya dengan almarhum Prof. KH. Iskandar Idy, Ph.D.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa betiap manusia punya ajal. Jika tiba waktunya, ajal pasti datang on time, tepat waktu. Tidak maju tidak pula mundur. Tidak ada transaksi tawar menawar, dan tidak ada pula pilih kasih terhadap siapa yang menjadi “target operasi” malaikat Izrail.  Para Nabi dan Rasul  yang memiliki mukjizat dan kedekatan dengan Tuhan saja ketika ketemu ajalnya pun dengan rela mempersilahkan malaikat Maut mencabut nyawanya. Kejadian datangnya ajal yang bisa disebut kematian, wafat, dan berpulang ke rahmatullah.

Persis  Senin, 26 Ramadhan 1444 H bertepatan 17 April 2023 pukul 13.13 wita, Prof Dr KH Iskandar Idy, M,Ag yang bisa dikenal Prof. Iskandar atau Prof. Is  telah ditakdirkan ketemu ajalnya karena kontrak tugas pengabdiannya telah rampung. Beliau wafat dengan husnul khotimah di rumah kediaman plus didampingi istri dan anak-cucu.

Padahal menurut perencanaan keluarga, 17 April 2023 beliau akan terbang berangkat ke Singapore “seperti biasa” dalam rangka untuk berobat. Namun ternyata beliau ditakdirnya meninggal di rumah sendiri, bukan rumah sakit.

Berita berpulang ke rahmatullahnya Prof Iskandar, pertama kali saya dengar bersama Jemaah Dhuhur masjid Agung UIN Sultan Alauddin, ada Rektor, beberapa Wakil Rektor dan Dekan Fakultas, terhentak kaget, hening sejenak, berduka mendalam mendengar info berpulangnya ke rahmatullah Prof. Iskandar Idy.

Kemudian, untuk memastikan berita duka itu, saya membuka WhatsApp handphone, ternyata betul di banyak group WA berita: “Telah berpulang kerahmatullah kak prof. Iskandar idy pukul 13 siang” beredar cepat dan berantai, baik melalui group maupun perorangan. Ucapan duka cita dengan kalimat istirja’ dan doa ampunan allahummaghfir lahu warhamhu wa afihi wa’fu anhu  berdatangan dari berbagai kalangan dan penjuru. Maklum siapa yang tak kenal Prof. Iskandar. Seorang tokoh Sulawesi Selatan yang memperoleh keberkahan hidup yang luar biasa, baik karier birokrasi, jenjang pendidikan dan akademik, kematangan organisasi dan jejaring sosial, termasuk juga kecerdasan dan berkah dalam berbisnis. 

Prof Iskandar Idy, sebagai manusia pastilah punya kekurangan, namun dari sisi manajemen kehidupan, Prof. Iskandar Idy dikenal memiliki spiritualitas dan jejaring sosial yang cukup luas, dengan hitungan jam, Jalan ex.Landak Baru VI sudah dipenuhi karangan bunga duka cita dari berbagai kalangan. Begitu juga, para pelayat berdatangan silih berganti, dari kalangan ulama, pejabat negara dosen, pejabat kemenag, politisi, pengusaha hingga rakyat biasa,  mulai siang hari hingga subuh hari ke malam ke-27 Ramadhan. Semoga berkah Ramadhan, perjalanan sang hamba Prof Iskandar menuju pertemuan dengan sang khaliq menjadi pertemuan yang menggembirakan sesuai sabda sang Rasul Muhammad saw “farhatun ‘inda liqaai robbihi”.

Tepat Selasa dini hari pukul 03.30 wita, Jenazah Kakanwil Departemen Agama dan Ketua Tanfidziyah NU Sulsel pada masanya itu diangkat untuk dimandikan, sontak isak tangis dan airmata duka tak terbendungkan, seakan mereka tak rela ditinggalkan Prof. Iskandar, namun karena keyakinan bahwa kematian dan ajal adalah keniscayaan. Rela tidak rela, suka tidak suka, kematian adalah pemisah kehidupan dunia dan akhirat. Kematian adalah pintu untuk memasuki alam barzah dan alam akhirat, yang semua orang pasti memasukinya. Hanya waktu yang membedakan daftar tunggunya.

Namun apa yang terjadi, ketika ketiga “putra biologis” almarhum yaitu  Haji Kholis, Haji Muliadi, dan Haji Fadli dipersilakan satu persatu untuk memandikan ayahanda tercintanya, sekali lagi isak tangis kembali pecah dan pecah. Sambil berdoa dan bermunjaat, mereka bertiga gemetar memandikan jenazah sang bapak tercinta, mungkin inilah pengalaman pertama kalinya. Namun karena berkat didikan “bakti kepada orang tua” mereka bertiga sukses memandikan ayahanda sesuai syariat Islam (di bawah arahan  dan bimbingan tiga pengurus cabang NU Makassar).

Di masjid Al-Ikhlas, dimana Prof Iskandar sebagai pembina, ba’da shalat Subuh, Haji Nurkhalis Iskandar, ST., MM tampil sebagai imam shalat jenazah yang dimakmumi beberapa ulama dan tokoh antara lain Habib Syaikh Abdul Rahim Assegaf Puang Makka  KH Abubakar Paka, Prof DR H. Mardan, M.Ag,  Dr. H. Hamka Karim, M.Ag, H. Bahar Ngitung.

Prof Iskandar yang lahir 1948 di Baranti Sidrap itu, dari sisi karir birokrasi  termasuk salah satu pegawai negeri yang memiliki manajemen hidup yang luar biasa. Karir sebagai  PNS dimulai dari Enrekang hingga Jakarta. Karier gemilang dimulai dari jawatan pendidikan Islam kabupaten Enrekang, Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Soppeng, Kepala Balai Diklat Agama Makassar, Kabid Pembinaan Perguruan Islam Kanwil Departemen Agama Sulsel, Kabag Sekretariat Kanwil Depag Sulsel, Kepala Biro IAIN Alauddin, Kakanwil Departemen Agama Sulsel, Direktur Dana Haji, dan Direktur Bina Haji dan Umrah Kemenag RI. Karena faktor usia, beliau “hijrah” menjadi tenaga dosen UIN Alauddin DPK UMI Makassar, yang tidak lama kemudian memperoleh jabatan guru besar (profesor).

Di internal Kementerian Agama Sulsel, Prof. Iskandar Idy dikenal sebagai seorang  manager sekaligus leader brilian. Jika saat ini Kementerian Agama memiliki :Lima Budaya Kerja” yaitu integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab, dan keteladanan; sejatinya  jauh sebelumnya lima budaya tersebut sudah dipraktekkan suami Hajjah Rahmah itu dengan sangat baik.

Sebagai salah satu penulis naskah pidato atau sambutan Prof. Iskandar (selama sebagai Kakanwil Departemen Agama Sulsel), saya tentu banyak menerima sekaligus menyelami pikiran, ide dan gagasan almarhum dalam memimpin Kanwil Agama terutama dalam konteks “trilogi leadership” membangun strategi, membangun networking, dan mengambil keputusan.
Pendek kata, berkat manajemen kehidupannya, Prof. Iskandar Idy berhasil meninggalkan legacy.   Selamat Jalan Bapak Idiologis kami ........

Makassar, 18 April 2023
H. Kaswad Sartono


Opini LAINNYA

Berada di Tengah Itu Asyik

Cara Mengurus Produser Nikah

HAB Asasi Manusia

Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini