Kisah Siti Hajar dan Kesembuhan Hanna Asal Sulawesi Selatan 

Ibadah haji dan umrah sangat menarik bagi seorang muslim, apalagi bagi  yang memiliki istithoah untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang dapat diambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menyempurnakan spiritualitas, seorang muslim dapat memaknai setiap ibadah yang ditunaikan saat di tanah haram. Terlebih saat menjalankan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah sa’i yang merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. 

Sa’i memiliki karakteristik khusus dalam aktivitasnya, sebagaimana kekhasan rukun-rukun haji dan umrah yang lain.

Menurut bahasa, sa’i memiliki arti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal adalah berjalan cepat bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa. Jarak antara bukit Shafa dan Marwa adalah sejauh sekira 400 meter, jadi total jarak yang diempuh  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. 

Tentunya, jamaah haji dan umrah harus mempersiapkan kesehatan jasmani sebelum menjalani rukun ini. Di sinilah problema muncul bagi jamaah lansia dan risti (resiko tinggi). Ritualitas mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali (thowaf) di tengah ratusan bahkan jutaan umat muslim yang dilakukan sebelum Sa’i, tentunya menjadikan kesiapan fisik harus optimal. Berawal dari titik inilah, kesempatan "berjihad" di area pengabdian bagi pendamping maupun panitia penyelenggara haji terbuka lebar.

Sejatinya, perjuangan ummat muslim berkaitan dengan salah satu rukun haji (Sa’i), tidaklah seberapa dibanding perjuangan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah yang tandus nyaris tidak ada kehidupan di Makkah saat itu.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena kehausan. Lalu, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sembari terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. 

Tidak disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, tapi Allah justru menghadirkan sumber mata air di bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan sampai hari ini masih bisa kita temui yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

Air Zam-zam telah melahirkan cerita mengharukan di haji tahun ini. Salah satu jamaah haji bernama Indo Hanna, asal Bone, Sulawesi Selatan. "Oooh, Puang! tarima kasi' wae Zamzam pabbura loppota, pajani lasakku ko Tana Marajata'. (Ya, Alllah terima kasih obat air Zamzam, Mukjizat ini. Aku sembuh di Tanah Suci-Mu), itulah ungkapan syukur Indo Hanna (79 tahun) dalam bahasa Bugis, kepada rekan sekamar di 606, Hotel Ruwabi Muna (308), Sektor Syisyah, Mekkah, Rabu (14/6/2023) pagi.

Ungkapan itu spontan dari lidah Indo Hanna, setelah kembali bisa melafalkan kata, dan berjalan lagi, setelah tiga hari rutin meminum air Zamzam dari Masjidil Haram, Mekkah Almukkaramah.

Dua pekan sebelum masuk Asrama Haji Sudiang, Makassar, sekitar 190 km dari kampung halamannya, Indo Hanna, terserang stroke ringan, akhir Mei 2023 lalu. Waktu naik bis dari Lapri ke Sudiang (embarkasi haji Makassar), indo Hanna sudah didorong pakai kursi roda. Selain tak bisa berjalan, dan menggerakkan dua pergelangan tangannya, mulut Indo Hanna, juga tak bisa terbuka. Tim dokter kloter dan klinik kesehatan haji di Asrama Haji Sudiang, mengidentifikasi Indo Hanna mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak.

Mereka, tiba di Mekah, Minggu (10/6/2023) dini hari. Setelah umrah qudum, thawaf dan sai, Indo Hanna, dalam pendampingan melekat KBIH dan tetangga serombongan.
Karena kondisi fisik dan keterbatasan pendamping pendorong kursi roda, Hanna tak dibiarkan menunaikan shalat jamaah lima waktu jamaah di Masjidil Haram.

Selama tiga hari dia berdiam diri di kamar 606. Panitia pilih melarang ke Haram, tapi dia selalu minta dibawakan air Zamzam dari Haram," kata Kiai Arief Arfah LC, pembimbing ibadah kloter.

Saban hari, sejak Senin Hanna rutin meminum air Zamzam, bawaan rekan sekamarnya. Kadang juga dia membasuh tangan, lengan, muka dan kaki, laiknya berwudu, dengan air Zamzam. Mukjizat Zamzam itu, muncul Rabu (14/6/2023) di waktu Shuruq.

Sungguhpun tidak sebanding dengan Siti Hajar,  perjuangan tetaplah memiliki sisi heroik sesuai dengan masa dan peristiwanya. Penyelenggaraan haji kali ini dengan jumlah lansia dan risti lebih dari 30 persen, dipenuhi dengan ragam cerita nestapa yang menyentuh rasa kemanusiaan kita.

Bagi lansia dan risti berpendamping keluarga bisa jadi tak begitu masalah. Yang tidak mampu melaksanakan rukun haji pun bisa dibadalkan oleh tim yang secara khusus disiapkan oleh Kementerian Agama.

Sekalipun begitu, selain jumlah tim tidak sebanding dengan jumlah lansia dan risti, sebagian besar dari mereka menginginkan pengalaman spiritual secara langsung sekali seumur hidupnya, walau harus menggunakan kursi roda atau digendong. Melaksanakan Thowaf dan Sa’i sambil menggendong lansia dan risti, dengan beban yg tidak ringan di tengah himpitan gerakan ratusan ribu jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, tentunya tidak mudah dan melelahkan. 

Kita patut bersyukur, sampai saat ini selama di Madinah Al Munawaroh dan Makkah Al Mukaramah, sesama jamaah dan panitia selalu bahu membahu mendampingi dan memberikan layanan kepada lansia dan risti. Peluh mereka sajikan demi memuliakan tamu Allah dengan segala keterbatasannya. Terima kasih ya Allah, yang telah mempersembahkan Siti Hajar sebagai suri tauladan hidup penuh perjuangan dan pengorbanan bagi panitia dan jamaah haji.

Energi positif ibadah haji dan umrah sungguh mengagumkan dan luar biasa. Ratapan pilu kesedihan, seketika berubah menjadi ratapan kebahagiaan. Janji Allah yang menyediakan tempatnya di syurga kelak bagi muslim yang menunaikan ibadah haji dan umrah, telah meniadakan ruang-ruang negatif sesama jamaah dan panitia. Penyelenggaraan ibadah haji, telah menambah sikap simpati dan empati dengan penuh rasa manusiawi.

Letupan semangat Gus Menteri Agama untuk memberikan layanan terbaik bagi lansia dan risti, menjadikan semuanya berlomba menggapai syurga di akhir nanti....

Penulis: Khaeroni

(Tim Monev Penyelenggaraan Haji 1444 H)


Opini LAINNYA

Berada di Tengah Itu Asyik

Cara Mengurus Produser Nikah

HAB Asasi Manusia

Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini