As’adiyah Bersalawat, Lautan Cinta Rasul Di Bumi Lamaddukelleng

Kontributor

WAJO, KEMENAG SULSEL — Malam di Lapangan Merdeka Sengkang, Kamis (2/10/2025) berubah menjadi samudra cahaya. Ribuan jamaah berbondong-bondong datang, memenuhi setiap sudut lapangan. Dari wajah mereka terpancar harapan, dari bibir mereka mengalir shalawat, dari hati mereka terpatri cinta kepada Rasulullah SAW.
Inilah As’adiyah Bersalawat, sebuah momentum spiritual yang melengkapi rangkaian Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) pertama di Kabupaten Wajo. Kehadiran Majelis Az-Zahir dari Pekalongan menghadirkan lantunan shalawat yang menggetarkan jiwa, menyatukan hati jamaah dalam satu rasa: mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW.
Di tengah gelombang manusia yang larut dalam syair-syair pujian itu, hadir Menteri Agama RI, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA. Dengan suara penuh keteduhan, Menag mengingatkan, “Jika kita terus memuji Rasulullah, maka yakinlah hidup akan tenteram dan damai.” Pesan itu seakan menjadi doa yang melangit, menuntun umat agar menjadikan shalawat sebagai jalan menuju ketenangan.
Ketua Umum PP Pondok Pesantren As’adiyah menimpali dengan doa penuh makna, “Semoga berkah As’adiyah Bersalawat ini membawa limpahan rahmat bagi seluruh masyarakat.”
Hadir pula Bupati Wajo, H. Andi Rosman, didampingi Wakil Bupati, dr. Baso Rahmanuddin. Dengan mata berkaca-kaca, sang Bupati mengucap syukur, “Alhamdulillah, tiada kata pantas kita ucapkan selain rasa syukur dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Beliaulah utusan Allah yang membawa kita dari kegelapan menuju cahaya.”
Malam semakin bermakna ketika Habib Ali Zainal Abidin Assegaf memimpin lantunan shalawat. Suaranya yang lembut namun kuat menembus ruang batin jamaah. Ribuan umat menunduk, larut dalam dzikir cinta, seakan merasakan kehadiran Rasulullah di tengah-tengah mereka.
Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, H. Ali Yafid, menyampaikan syukur atas kelancaran rangkaian MQKI perdana ini. “Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa Sulawesi Selatan siap menjadi tuan rumah event internasional bernuansa Islami. Kehadiran Menag, Habib, dan para ulama adalah keberkahan tersendiri bagi masyarakat Wajo khususnya, dan Sulawesi Selatan pada umumnya.”
As’adiyah Bersalawat bukan sekadar ritual, melainkan gema spiritual yang menegaskan Wajo sebagai episentrum syiar Islam. Di bawah langit Lamaddukelleng, shalawat menggema, doa melangit, dan cinta Rasul meneguhkan Sulawesi Selatan sebagai rumah peradaban Islam yang mendunia.(Diah)