Bangkit Bersama Membangun Generasi Emas : Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2025

Kontributor

Oleh : Muhammad Alimuddin Usman, S.Pd.I., M.Pd., C.ET., C.QEM
Penulis adalah Wakamad Humas MAN Gowa, Direktur Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah, Wakil Ketua MUI Kecamatan Tompobulu juga Wakil Ketua Bid. Hubungan antar Ranting Kwarran Tompobulu.
Tanggal 20 Mei selalu menjadi momen penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya simbol sejarah, tetapi energi kolektif yang membentuk arah masa depan negeri ini. Di tahun 2025, tema kebangkitan memperoleh makna strategis, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dalam perspektif pendidikan, kebangkitan sejati terjadi ketika peserta didik mampu berpikir kritis, berakhlak mulia, serta berdaya saing global. Sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri Gowa, saya menyaksikan langsung bahwa literasi bahasa asing—khususnya Bahasa Inggris—bukan sekadar keterampilan, melainkan jembatan menuju peradaban global. Penguatan kurikulum integratif antara keilmuan dan keislaman menjadi pilar penting dalam membentuk insan kamil yang cakap dunia dan akhirat.
Dari sisi keummatan, sebagai bagian dari Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Tompobulu, saya meyakini bahwa kebangkitan bangsa tak terlepas dari kekuatan moral dan spiritual. Pendidikan keagamaan yang berbasis pada pesantren adalah instrumen penting dalam membentengi generasi dari arus destruktif globalisasi. Pesantren bukan hanya pusat tafaqquh fiddin, tetapi juga laboratorium karakter dan kemandirian.
Sebagai Direktur Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah, saya terus mendorong sinergi antara nilai-nilai pesantren dengan inovasi pendidikan modern. Program-program unggulan seperti English Camp dan Arabic Vibes merupakan strategi konkret untuk membentuk generasi multilingual yang religius dan progresif. Pesantren hari ini harus menjadi pusat transformasi sosial, bukan hanya tempat pelestarian tradisi.
Dari sisi kepemudaan, saya juga melihat bahwa Pramuka adalah wadah penting untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan kepemimpinan. Sebagai Wakil Ketua Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Kecamatan Tompobulu, saya percaya bahwa karakter pemimpin masa depan dibentuk dari keberanian, disiplin, dan kepedulian sosial—semua nilai yang terkandung dalam Dasa Dharma Pramuka.
Dengan demikian, kebangkitan nasional di abad ke-21 harus dimaknai secara multidimensional: spiritual, intelektual, sosial, dan moral. Bangkit bukan hanya dari tidur panjang sejarah, tapi dari segala bentuk ketertinggalan dan kejumudan berpikir.
Mari bangkit bersama. Demi Indonesia yang berilmu, beradab, dan berkemajuan. Menuju Generasi Emas 2045.