Daerah

Gowa Jadi Panggung Harmoni, Kemenag Sulsel Gelar Dialog Lintas Agama Dan Budaya

Foto Kontributor
Onya Hatala

Kontributor

Senin, 23 Juni 2025
...

Sungguminasa (Kemenag Gowa). Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan melalui Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama menggelar Dialog Lintas Agama dan Budaya di Kabupaten Gowa, Senin (23/6/2025). Kegiatan ini melibatkan tokoh agama, tokoh pemuda, muballig, serta unsur komunitas lintas agama yang ada di Kabupaten Gowa.

Mengusung tema “Merawat Keragaman, Menguatkan Persaudaraan : Dialog Lintas Agama dan Budaya untuk Mencegah Radikalisme dan Intoleransi”, dialog ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat rasa empati, membangun saling pengertian, serta mendorong terciptanya toleransi antarumat beragama dan antarbudaya, sekaligus sebagai upaya mencegah potensi konflik horizontal di tengah masyarakat.

Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Sulsel, Aminuddin dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari peran Kemenag sebagai pelayan publik sekaligus fasilitator kebijakan moderasi beragama. Ia berharap forum ini mampu mempererat nilai-nilai kemanusiaan dan memperkuat harmoni sosial di masyarakat.

“Adapun tujuan dari kegiatan ini antara lain untuk meningkatkan pemahaman dan toleransi antarumat beragama, mendorong kerja sama lintas agama dalam membangun masyarakat damai, serta menyerap aspirasi dan rekomendasi dari para tokoh agama dan budaya guna menjaga kerukunan,” ungkap Aminuddin.

Dialog ini juga mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulawesi Selatan, Ali Yafid yang menilai forum semacam ini sangat penting dan strategis, karena persoalan moderasi beragama serta kerukunan umat di Indonesia adalah sesuatu yang sangat berharga dan wajib dipelihara bersama.

“Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dunia karena kedamaiannya di tengah keberagaman. Kita tetap meyakini ajaran agama masing-masing sebagai kebenaran, tetapi juga harus mampu menerima perbedaan dan hidup berdampingan. Jangan ada sikap ekstrem dalam menyikapi mayoritas maupun minoritas,” tegas Ali Yafid.

Lebih lanjut, Kakanwil menegaskan bahwa di Indonesia tidak dikenal istilah mayoritas atau minoritas dalam konteks kemanusiaan. Mengutip nilai-nilai universal dalam Al-Qur’an, ia menyebutkan bahwa semua umat manusia, apapun agamanya memiliki kedudukan yang setara dihadapan sesama manusia.

“Moderasi beragama di level pemahaman sudah selesai, kini saatnya kita naikkan ke level habit, menjadikan ajaran agama sebagai kebiasaan yang konsisten dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Dialog ini diharapkan dapat membentuk jejaring komunikasi antar tokoh lintas agama dan budaya, menghimpun gagasan, serta menghasilkan rekomendasi untuk memperkuat program moderasi beragama di Sulawesi Selatan. Selain itu, forum ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran kolektif tentang pentingnya hidup damai dalam keberagaman dan menciptakan suasana dialog yang inklusif, terbuka, dan partisipatif.(NHR) 



Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default