Daerah

Kemana Suara Dunia Ketika Gaza Hari Ini Menjerit Terdzolimi

Foto Kontributor
Onya Hatala

Kontributor

Rabu, 23 April 2025
...

Oleh : Muhammad Nasir Suddin, SS. 

Penulis adalah Wakil Kepala Madrasah Bagian Humas MTsN Gowa

Dalam kesunyian malam yang dingin, jeritan Gaza menggema di langit yang menjadi saksi luka mendalam. Palestina, khususnya Gaza, kembali mencurahkan tangisannya, namun, dunia tampaknya tetap bungkam. 

Pertanyaan yang terus bergema adalah, kemana suara kemanusiaan? Apakah dunia telah kelelahan memberi perhatian kepada penderitaan yang tak kunjung berakhir?

Gaza bukan hanya sepetak tanah di peta dunia; ia adalah simbol ketidakadilan, penindasan bahkan genosida yang tak kunjung usai. Anak-anak kehilangan tawa, ibu-ibu kehilangan harapan, dan tanah air mereka kehilangan kedamaian. Ketika bom-bom menghujani tanah Gaza, dunia menyaksikan, tapi jarang bertindak.

Mengapa empati dunia begitu selektif ?.  Kita melihat gerakan solidaritas untuk banyak tragedi global, namun ketika Gaza berdarah, hanya sedikit suara yang lantang terdengar. Ini bukan hanya persoalan politik, ini adalah tragedi kemanusiaan yang seharusnya mengetuk hati setiap individu di planet ini.

Media, yang seharusnya menjadi penyalur suara kebenaran, sering kali terperangkap dalam bias dan kepentingan. Berita tentang Gaza sering kali hanya menjadi angka statistik, kehilangan narasi kemanusiaan yang sebenarnya. Padahal, setiap angka itu adalah cerita tentang nyawa, harapan, dan cita-cita yang dihancurkan.

Ada saat ketika keheningan adalah bentuk persetujuan. Dunia yang diam atas penderitaan Gaza secara tidak langsung memperkuat narasi ketidakadilan. Ketika masyarakat internasional tidak menekan mereka yang bertanggung jawab, maka penderitaan ini akan terus berulang.

Gaza bukan hanya persoalan Palestina; ini adalah cerminan kegagalan kita sebagai manusia. Setiap jeritan anak Gaza adalah panggilan untuk kita semua, untuk mengakui bahwa kemanusiaan tidak bisa dibatasi oleh batas-batas geopolitik.

Apakah kita sebagai manusia telah kehilangan empati dan kemampuan untuk merasakan? Gaza adalah ujian bagi hati nurani global. Dunia tidak bisa terus berpaling dan hanya melihat dari kejauhan, karena ini bukan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah; ini adalah tentang menyelamatkan kemanusiaan dari kehancuran moral.

Ketidakadilan yang terjadi di Gaza adalah cerminan dari ketimpangan kekuasaan di dunia. Negara-negara besar sering kali memilih diam atau mendukung mereka yang menindas, dengan alasan kepentingan nasional. Namun, apakah kepentingan itu lebih berharga daripada nyawa yang hilang?

Ada kebutuhan mendesak untuk suara-suara yang berani. Para pemimpin dunia harus bertindak, bukan sekadar berbicara. Resolusi tanpa aksi hanyalah kata-kata kosong yang tidak memberikan perubahan nyata bagi mereka yang menderita.

Jika kita melihat sejarah, perubahan besar sering kali dimulai dari tindakan kecil, dari individu yang berani untuk bersuara. Solidaritas global dapat memberikan harapan bagi Gaza, bahwa dunia belum sepenuhnya kehilangan hati nuraninya.

Ketika Gaza menangis, ia tidak hanya meminta bantuan; ia meminta keadilan. Dunia harus memahami bahwa perdamaian hanya bisa dicapai jika keadilan ditegakkan. Ini bukan soal mengutamakan satu pihak, tetapi memberi setiap orang hak untuk hidup dalam damai dan martabat.

Jeritan Gaza adalah pengingat bahwa kemanusiaan adalah tanggung jawab kita bersama. Tidak ada alasan untuk membiarkan ketidakadilan ini terus berlangsung. Kita semua memiliki peran, sekecil apa pun, untuk menjadikan dunia tempat yang lebih adil.

Di tengah derasnya arus informasi, kita memiliki pilihan: menjadi apatis atau peduli. Gaza adalah ujian bagi kita semua, apakah kita cukup berani untuk peduli, meskipun suara kita mungkin tidak sekeras peluru.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan, "Ketika ketidakadilan terjadi di suatu tempat, itu adalah ancaman bagi keadilan di mana-mana." Gaza adalah bukti nyata dari pepatah itu. Ketika dunia membiarkan Gaza terluka, kita sebenarnya melukai kemanusiaan itu sendiri.

Harapan tidak sepenuhnya hilang. Di berbagai belahan dunia, masih ada individu dan organisasi yang bekerja tanpa lelah untuk membantu Gaza. Mereka adalah bukti bahwa masih ada hati yang hidup, masih ada kemanusiaan yang berdenyut.

Namun, perjuangan mereka tidak cukup. Dibutuhkan tindakan kolektif, tekanan politik, dan solidaritas global untuk mengakhiri penderitaan ini. Setiap suara, setiap tindakan, meskipun kecil, dapat membawa perubahan besar.

Gaza mengajarkan kita arti ketahanan. Di tengah kehancuran, mereka tetap berdiri, berharap, dan berjuang. Dunia seharusnya belajar dari keteguhan mereka, bukan mengabaikan mereka.

Ketika kita berbicara tentang Gaza, ini bukan hanya tentang wilayah atau konflik; ini tentang manusia, tentang masa depan generasi yang berhak atas kehidupan yang lebih baik. Dunia memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa masa depan itu terwujud.

Jangan biarkan jeritan Gaza menjadi gema yang hilang dalam keheningan. Dunia harus bersatu, tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata. Karena pada akhirnya, kita semua adalah bagian dari kemanusiaan yang sama. Maafkan kami Gaza yang hanya bisa menuliskan rintihan ini.

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default