PAIN PNS Sibulue Tampilkan Kearifan Lokal Dalam Peringatan Isra Miraj

Kontributor

Pattiro Bajo, (Humas Bone) – Penyuluh Agama Islam Non PNS (PAIN PNS) Kecamatan Sibulue berlokasi Desa Pattiro Bajo, Mariani, tahun ini mengajak binaannya Majelis Taklim Nurul Ikhsan Pattiro Bajo untuk mengangkat kearifan lokal dalam penampilan mereka pada Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Bak gayung bersambut, jamaahnya langsung menyambut niatnya tersebut dengan senang hati dan berlatih dengan gigih.
Selama tiga malam mereka berlatih bersama-sama melantunkan sejarah Isra Miraj Versi Bugis di Masjid Nurul Ikhsan. Mereka tampil secara bersama-sama dengan lima orang sebagai pembaca dengan dialek khas Bahasa Bugis dan yang lainnya mendampingi mereka sambil sekali-kali mereka kompak melantunkan Salawat Nabi Muhammad SAW.
Hingga tiba saatnya mereka tampil di hadapan jamaah Isra Miraj dan Kepala KUA Sibulue, Imran B., beserta Imam Rujab Bupati Bone, Arman Iskandar (Rabu, 31/01/2024). Meski momen tersebut merupakan pertama kalinya dilaksanakan di Sibulue, tapi mereka berani tampil dengan percaya diri. Mereka fokus membacakan sejarah Isra Miraj tersebut mulai dari Nabi diperjalankan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al Aqsa di Yerussalem hingga naik ke langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha untuk menerima perintah salat lima waktu dari Allah SWT. Selain itu mereka pun silih berganti membacakan bagaimana Nabi Muhammad SAW menyaksikan gambaran orang-orang yang merupakan perumpamaan-perumpaan siksaan akibat dosa yang diperbuat.
Dikisahkan dalam buku bertuliskan lontar Bugis tersebut, Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan spiritualnya menjumpai manusia yang berenang di sungai darah lalu dilemparkan batu di kepalanya, dijelaskan oleh malaikat Jibril bahwa orang tersebut adalah pemakan riba. Di perjalanan selanjutnya Nabi SAW menjumpai orang yang terus saja mengumpulkan kayu tanpa habis-habisnya dan oleh Jibril disampaikan bahwa orang tersebut serakah. Kemudian dalam perjalanan selanjutnya didapatkan satu kelompok manusia yang berkuku tembaga yang mencakar muka dan dadanya, mereka diibaratkan orang yang gemar bergibah.
Imam Rujab menyampaikan testimoninya kepada Sang Penyuluh yang pernah mewakili Kabupaten Bone dalam ajang Penyuluh Teladan dan Award di tingkat Provinsi bahwa ternyata penampilan majelis taklimnya luar biasa dan sukses membuat para hadirin terdiam menyimak setiap kata-kata dalam sejarah tersebut. Katanya momen tersebut berbeda saat dibawakan sebelumnya oleh orang yang berbeda. Dari situ Mariani berkesimpulan karena dibawakan dalam versi Bugis yang merupakan salah satu kearifan lokal sehingga lebih efektif menjadi media syiar di tengah masyarakat. (Mariani/Ahdi)