Pelestarian Budaya: Tradisi Mappanre Temme Dan Mappacci Di Benteng

Kontributor

Benteng, (Humas Pinrang) Dalam rangkaian upacara pernikahan yang berlangsung di Kelurahan Benteng, Kecamatan Patampanua, tradisi Mappanre Temma dan Mappacci kembali mengemuka sebagai simbol kuat dalam pelestarian budaya suku Bugis. Kegiatan ini diikuti oleh seorang santri TPQ Al Quran Mandinar Az Zahrah, yang menjelang akad nikahnya memutuskan untuk menghidupkan kembali adat yang telah turun-temurun dilestarikan. Kamis (29/02/2024)
Muhammad Tayyeb, Penyuluh Agama KUA Patampanua, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya yang sejalan dengan empat pilar moderasi beragama. “Kedua tradisi tersebut tidak hanya sekedar ritual, melainkan juga memiliki dimensi spiritual yang dalam dan dapat diselaraskan dengan nilai-nilai agama.” Ujarnya
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari pegawai syara' Madjid besar Muhajirin Benteng II. Mereka berpendapat bahwa tradisi seperti Mappanre Temma dan Mappacci harus dilestarikan dan dimodifikasi agar lebih relevan dengan konteks zaman sekarang, khususnya dengan menambahkan unsur-unsur agamis di dalamnya
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah melibatkan anak-anak yang telah menamatkan pendidikan Al Quran untuk membacakan ayat-ayat suci secara langsung dalam upacara. Hal ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi, tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat pemahaman dan praktik keagamaan di kalangan generasi muda
"Kita perlu mengarahkan, bukan hanya mengawasi. Dengan memasukkan unsur agama ke dalam tradisi, kita bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual kepada masyarakat," Ucap Tayyeb
Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan kearifan lokal. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat mempertahankan identitas budayanya sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman dan tuntutan moderasi beragama. (Tayyeb)