Workshop Emotional Capacity Building: Kuatkan Kerukunan Umat Beragama Bagi Gen Z

Kontributor

Makassar (Kemenag Sulsel) – Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Workshop Emotional Capacity Building bertajuk “Penguatan Kerukunan Umat Beragama bagi Generasi Z”, yang berlangsung pada 27–28 Februari 2025 di Aula Kanwil Kemenag Sulsel, Jl. Nuri No. 53, Makassar.
Ketua Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama, H. Mallingki Ilyas, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat nilai-nilai kerukunan di kalangan generasi muda, terutama di tengah tantangan polarisasi sosial di era digital.
“Kerukunan umat beragama adalah pilar utama dalam membangun harmoni sosial di masyarakat multikultural. Generasi Z, sebagai kelompok yang lahir di era digital, memiliki karakteristik unik, lebih terbuka terhadap informasi global, tetapi juga rentan terhadap polarisasi sosial. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali dengan empati dan pemahaman lintas agama agar mampu menciptakan harmoni,” ujarnya. (Kamis, 27 Februari 2025)
Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai lembaga, termasuk perwakilan empat Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Islam Makassar (UIM), Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), dan Institute Parahikmah Indonesia (IPI). Selain itu, turut hadir perwakilan dari beberapa SMA di Makassar, seperti SMA Zion, SMA Rajawali, SMA Negeri 5 Makassar, SMA Negeri 14 Makassar, dan SMA Kartika.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli dalam bidang moderasi beragama dan kebijakan keagamaan.
Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, H. Ali Yafid, menegaskan bahwa workshop ini merupakan bagian dari program prioritas Kementerian Agama RI dalam memperkuat moderasi beragama di Indonesia.
“Indeks Kerukunan Beragama di Sulawesi Selatan berada di atas rata-rata nasional. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Sulsel telah membangun harmoni dengan baik. Namun, menjaga dan meningkatkan kerukunan adalah tugas bersama, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi pemimpin masa depan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ali Yafid juga mengajak peserta untuk memahami konsep “Kurikulum Cinta”, yang diharapkan dapat diterapkan dalam sistem pendidikan. Kurikulum ini bertujuan menanamkan nilai kasih sayang, empati, dan kepedulian lintas agama sejak dini.
“Semua agama mengajarkan kasih sayang. Jika nilai ini ditanamkan sejak dini, generasi mendatang akan tumbuh lebih moderat, toleran, dan menghargai perbedaan,” tambahnya.
Kakanwil juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam menjaga harmoni sosial.
“Anak-anak muda adalah ujung tombak keberlanjutan moderasi beragama di Indonesia. Dengan memahami nilai-nilai empati dan kasih sayang, mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai,” ujarnya.
Sementara itu, Instruktur Nasional H. Saprillah dan Alwiyah Nur Syarif turut memberikan wawasan tentang membangun gerakan bersama melalui pendekatan Design Thinking, kepemimpinan, dan kepeloporan Generasi Z dalam mewujudkan kerukunan. Mereka menekankan bahwa empati, toleransi, dan kesadaran sosial adalah kunci utama dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman.
Workshop ini menghadirkan berbagai sesi interaktif, termasuk diskusi kelompok dan simulasi, untuk meningkatkan kesadaran peserta dalam membangun hubungan harmonis antarumat beragama. Dengan pendekatan berbasis empati dan kasih sayang, diharapkan para peserta dapat menjadi agen perubahan dalam memperkuat persatuan di tengah keberagaman.
Diketahuai bahwa Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI, Gus Adib Abdussomad, juga akan memberikan Materi dalam acara yang berlangsung selama dua hari ini. (Andy)