Daerah

Dari Lauhil Mahfuz Ke Pegunungan Latimojong: Pesan Mendalam Kakankemenag Luwu Tentang Arti Musafir Kehidupan

Selasa, 25 November 2025
...

Latimojong (Kemenag Luwu) ‒ Pada 23 November 2025, pukul 20.00 Waktu Latimojong. Dalam kesejukan malam pegunungan yang memeluk kecamatan Latimojong, Plt. Kakankemenag Kabupaten Luwu, Drs. H. Jufri, MA, kembali menjejakkan langka untuk menghadiri pengajian rutin Majelis Taklim Kecamatan Latimojong yang akan dilanjutkan keesokan harinya dengan kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) KUA Kec. Latimojong. Kehadirannya membawa kehangatan nilai, nasihat, dan keberkahan yang mengalir lembut seperti angain malam yang menyentuh pucuk-pucuk daun.

Pada kesempatan itu, Kasi Bimas Islam, H. Andi Baso Aqil Nas, bersama para staf, turut hadir dan mendampingi dengan para Kepala Desa se- Kecamatan Latimojong serta jamaah Majelis Taklim. Mereka bersama-sama menyimak hikmah yang mengalir dalam kebersamaan malam penuh keteduhan.

Kakankemenag Luwu mengungkapkan kebahagiaan mendalam karena diberi kesempatan kedua kalinya untuk kembali menapakkan kaki di Latimojong, setelah kembali mengemban amanah sebagai Plt. Kakankemenag Kabupaten Luwu.

“Alhamdulillah,” ungkapnya, “Sesungguhnya Tuhan telah menakdirkan kita berkumpul di tempat ini sebagai tanda bahwa kita adalah satu rumpun; kita berasal dari alam yang sama, dari lauhil mahfuz, tempat Allah mencatat segala takdir hamba-Nya: rezeki, jodoh, perjalanan hidup, bahkan usia. Dari sanalah asal mula kita semua, hingga dikelompokkan dalam ikatan-ikatan yang tidak selalu dihubungkan oleh darah, namun dipersatukan oleh takdir. Karena itu, meski kita berbeda keluarga dan kampung halaman, kedekatan hati di antara kita adalah bukti bahwa kita berasal dari rumpun yang sama.

Dari alam lauhil mahfuz, manusia kemudian berpindah ke alam rahim ibu selama sembilan bulan sepuluh hari, sebuah perjalanan sunyi, namun penuh penjagaan.

Ia juga menyampaikan bahwa masyarakat Latimojong dari dahulu telah dikenal sebagai penjaga, pencipta pengetahuan. Bahkan konon, salah satu profesor pertama di Luwu Raya berasal dari Latimojong. “Meski Latomojong berada di wilayah pegunngan dan jauh dari keramaian, justru di sinilah pendidikan tumbuh lebih awal di bandingkan banyak tempat lain.”

Kemudian tibalah manusia di alam dunia, alam fana yang menjadi persinggahan penuh perjuangan. Kita lahir tanpa membawa apa-apa, tanpa fasilitas apa pun selain kasih sayang kedua orang tua yang kemampuan dan kesempatannya berbeda-beda. Ada yang diberi kemudahan dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun, namun semuanya adalah bagian dari perjalanan yang penuh makna.

“Karena itu,” lanjut H. Jufri, “kita harus menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita dengan tugas besar: mengabdi dan menghambakan diri kepada Allah SWT. Baik melalui ibadah yang disyariatkan maupun melalui amal-amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita dituntun oleh Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan adab-adab yang harus kita jalankan dengan ketawadhuan.”

Ia mengibaratkan manusia sebagai musafir dari lauhil mahfuz menuju rahim ibu, lalu singgah di dunia untuk mengumpulkan bekal. Bekal itu diperlukan untuk perjalanan berikutnya menuju alam barzakh dan alam akhirat. “Sebanyak apa pun yang kita punya di dunia, tidak ada yang bisa kita bawa kecuali amal.”

Syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu adalah bentuk ketaatan yang menjaga hubungan kita dengan Allah SWT. Hubungan ini tidak boleh diragukan, dimanapun berada, kita harus senantiasan mengingat Allah SWT. Sebab Dialah yang memberikan hidup, kesehatan, dan nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

H. Jufri juga meyakini bahwa jamaah yang hadir malam ini telah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih tiga kilo meter, sebagian berjalan kaki dalam kegelapan, meninggalkan keluarga demi silaturrahmi dan mencari ridha Allah. “Barang siapa mendatangi majelis seperti ini, Allah akan memberinya pahala yang nilainya seperti dua Gunung Uhud,” ujarnya.

Sebelum menutup tausiyah, H. Jufri berpesan, “Jika bapak dan ibu telah memanen hasil kebun, jangan lupa beramal. Sebagian untuk dunia, sebagian untuk akhirat. Sebab harta tidak kita bawa pulang ke akhirat, tetapi dapat dikirim melalui amal jariyah, zakat, infak, atau melalui imam masjid. Jangan sia-siakan waktu, sebab setiap detik adalah kesempatan menanam bekal untuk kehidupan yang kekal. Isl/Um.

Editor: Mawardi

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default