Dikira Romantis, Ternyata Nikah Muda Penuh Risiko: Pesan Penting Dari Kepala KUA Untuk Siswa SMA

Kontributor

Pinrang (Kemenag Pinrang) – Pernikahan dini kerap dianggap romantis oleh sebagian remaja, padahal kenyataannya menyimpan banyak risiko serius. Hal inilah yang disampaikan secara tegas oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Mattiro Bulu, H. Alamsyah, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMA Negeri 7 Pinrang, Kamis (17/07/2025).
Bertempat
di mushalla sekolah, H. Alamsyah mengangkat tema “Nikah Muda dan
Pencegahannya”, sebuah topik yang dinilai sangat relevan dengan dinamika remaja
masa kini. Dalam penyampaiannya, ia menekankan bahwa pernikahan di usia muda
bukanlah solusi atas masalah hidup, melainkan bisa menjadi awal dari tantangan
yang lebih besar.
“Banyak
yang mengira nikah muda itu romantis, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks
dan penuh risiko. Masa remaja adalah masa untuk belajar dan membangun masa
depan, bukan untuk terburu-buru menikah,” tegas H. Alamsyah di hadapan seluruh
siswa baru.
Ia
juga memaparkan berbagai dampak negatif dari pernikahan usia dini, seperti
terhambatnya pendidikan, beban ekonomi yang berat, serta ketidaksiapan mental
dan emosional dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Turut
mendampingi dalam kegiatan tersebut, Penghulu KUA Kecamatan Mattiro Bulu, Abdul
Kari, yang memberikan penjelasan dari sisi hukum dan agama. Ia menegaskan bahwa
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia telah menetapkan batas minimal usia
menikah sebagai bentuk perlindungan terhadap masa depan generasi muda.
“Batas
usia menikah bukan sekadar angka, tetapi sebuah upaya untuk memastikan kesiapan
individu secara lahir dan batin dalam membangun keluarga yang sakinah,” ujar
Abdul Kari.
Kegiatan
ini mendapat respon positif dari para siswa. Mereka tampak antusias menyimak
materi dan aktif mengajukan pertanyaan selama sesi diskusi. Hal ini menunjukkan
bahwa persoalan nikah muda memang menjadi perhatian tersendiri di kalangan
pelajar.
Pihak
sekolah berharap melalui kegiatan ini, siswa mampu memahami pentingnya
perencanaan masa depan secara matang serta tidak tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan besar seperti pernikahan.
“Kami
ingin siswa menyadari bahwa masa SMA adalah waktu yang krusial untuk belajar,
menggali potensi, dan mempersiapkan masa depan, bukan untuk tergoda oleh ilusi
romantisme sesaat,” ujar salah satu guru pendamping MPLS.
Dengan
pendekatan yang edukatif dan komunikatif, kegiatan ini menjadi langkah
strategis dalam membangun kesadaran remaja akan pentingnya menjaga masa depan
melalui pilihan-pilihan yang bijak dan bertanggung jawab. (Syihab)