Kisah Inspiratif: “Doa Yang Menggetarkan Pintu Langit"

Kontributor

Oleh :
AHYADI JUSAEMAN, S.E, M.Si.
PHD-Layanan Umum Kloter 20 UPG (Kabupaten Bone dan Luwu Utara)
Tahun 2023, saya dan istri berangkat umrah bersama. Sebelum berangkat, kami membawa amanah dari keluarga, sahabat, dan kerabat di Makassar — titipan sedekah yang mereka percayakan kepada kami untuk disalurkan di Tanah Suci.
Hari-hari kami di Makkah bukan hanya tentang ibadah, tapi juga tentang menunaikan amanah ini. Di setiap sedekah yang kami salurkan, kami yakin ada doa dan harapan yang mengiringinya. Dan mungkin, di sanalah pintu langit mulai terbuka.
Di tengah lautan manusia di Masjidil Haram, Allah mempertemukan kami dengan seorang lansia tua renta dari Indonesia yang tersesat — beberapa hari sebelum kami kembali ke tanah air.
Beliau sudah berjam-jam mengelilingi pelataran masjid tanpa arah, terpisah dari rombongannya, kebingungan, dan kelelahan.
Seorang pria asing menemukannya dan menyerahkannya kepada kami karena tahu kami juga berasal dari Indonesia.
Tak ada ucapan jelas dari lisannya. Bahasa Indonesia pun tak terlalu ia pahami. Hanya selembar kartu identitas hotel yang ia genggam erat.
Tanpa ragu, istri saya menggenggam erat tangannya dan memapahnya. Kami menuntunnya di tengah malam, mencari hotel yang tertera di kartu itu. Sekitar pukul 2 subuh, akhirnya kami tiba. Rombongannya pun tak sadar beliau terpisah.
Tak ada ucapan, hanya tatapan penuh syukur dan mata yang berkaca-kaca. Tatapan yang membekas — seolah ada doa tulus yang tak terdengar, tapi sampai ke langit.
Entah sedekah siapa, entah doa siapa yang Allah ijabah saat itu.
Mungkin doa tulus sang lansia itu.
Atau mungkin doa ibuku yang tak pernah berhenti menyebut namaku dalam sujud-sujud malamnya.
Atau bisa jadi doa istriku yang diam-diam berharap kami bisa berhaji bersama, meski lewat jalan pengabdian.
Saat itu, saya mengira harapan itu terlalu jauh — karena ia seorang dokter gigi, yang mungkin jarang atau bahkan tak banyak dipertimbangkan untuk menjadi petugas haji.
Tapi ternyata, ketika Allah berkehendak, tak ada batas bagi siapa pun yang dipanggil-Nya.
Setahun setelahnya, tahun 2024, Allah mengamanahkan istri saya menjadi Petugas Haji Daerah (PHD) Layanan Kesehatan.
Dan tahun ini, 2025, gantian saya yang ditakdirkan-Nya menjadi PHD Layanan Umum.
Sungguh, tak ada yang sia-sia dari kebaikan sekecil apapun.
Allah catat. Allah simpan. Lalu Allah balas — dengan cara paling indah, di waktu paling tepat.
Ya Allah, Engkau sungguh baik.
Terima kasih telah menghadiahi kami mimpi ini, mengundang kami melalui jalan yang tak pernah kami duga: menjadi petugas-Mu di tanah suci.
Dan kelak, jika Engkau berkenan — izinkan kami wukuf bersama di Arafah, sambil menggandeng tangan orang tua kami, sebagai tamu-tamu-Mu yang Engkau muliakan. Aamiin.