oleh:
Miguel Dharmadjie,
S.T., CPS®, CCDd®
Penyuluh Agama Buddha Non PNS
Sebagai manusia yang
masih menjalani siklus kehidupan yang terus berubah dan tidak kekal, berkah
senantiasa menjadi dambaan dan impian yang ingin diraih.
Meraih berkah dalam
kehidupan identik mendapat kebahagiaan. Berkah menjadi hal yang membahagiakan
dalam kehidupan.
Memiliki kekayaan
materi, mempunyai kesehatan prima, mencapai usia panjang, terlahir di keluarga
baik, dan mencapai kedudukan sosial tinggi di masyarakat. Secara umum,
merupakan ragam bentuk kebahagiaan bagi umat perumah tangga.
Ragam bentuk
kebahagiaan itu dianggap sebagai berkah kehidupan. Menjadi cita-cita bagi
mereka yang menjalani kehidupan duniawi.
Ada dua sudut pandang
masyarakat tentang berkah. Ada yang beranggapan mendapatkan sesuatu dalam
kehidupan, dikatakan sebagai berkah. Berkah ibarat sebuah karunia yang akan
datang dalam kehidupan setiap orang. Sehingga tidak diperlukan usaha keras
untuk meraihnya.
Namun, ada yang
beranggapan lain. Untuk dapat meraih berkah yang dicita-citakan, terlebih
dahulu membutuhkan berbagai upaya dan usaha. Tanpa itu, mustahil berkah akan
datang menyertai kehidupan setiap manusia.
Selain sudut pandang
yang berbeda, ternyata persepsi tiap orang akan arti sebuah berkah tidak sama
antara satu dengan lainnya. Tergantung pada kebutuhan dan kondisi yang
dialaminya ketika itu. Ketidaksamaan persepsi menimbulkan perbedaan bentuk
kebahagiaan dalam masyarakat.
Berkah berkaitan erat
dengan Maṅgala Sutta; sutta yang sering dibacakan oleh umat Buddha saat puja bakti ataupun
upacara memperoleh berkah. Secara harfiah, Maṅgala
berarti “berkah”, “tanda-tanda utama”, “pertanda baik”, “nasib baik” ataupun
“tanda keberuntungan”.
Dalam Maṅgala
Sutta (Khuddakapāṭha 5 & Sutta Nipāta 2.4), Guru Agung Buddha
menjabarkan 38 aspek yang layak dan pantas disebut berkah utama. Semua
aspek berkah utama itu berwujud mental, yang sebenarnya ada dalam diri setiap
manusia.
Kualitas mental
seseorang akan menentukan kualitas hidupnya. Dengan kualitas mental yang baik,
kehidupannya pun akan menjadi baik.
Secara garis besar,
berkah utama dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, ciri-ciri seseorang
yang memiliki berkah utama. Yang berhubungan dengan diri sendiri, terhadap
sanak keluarga, maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Kedua, sikap awal
seseorang yang berjuang untuk memiliki berkah utama. Berupa: merawat sila,
menghormati guru, mau belajar dan mempraktikkan, serta mengendalikan dan
berjuang.
Terakhir, kualitas
mental seseorang yang memiliki berkah utama.
Aspek-aspek berkah
utama sudah sepatutnya dimiliki setiap manusia agar memiliki kebahagiaan hidup.
Karena aspek-aspek tersebut menyentuh langsung sendi-sendi kehidupan yang tetap
relevan hingga kapanpun. Apalagi bagi umat Buddha, berkah utama selaras dan
sejalan dengan etika moral buddhis yang dipraktikkan dalam kehidupan.
Tiga puluh delapan
aspek berkah utama bersifat universal; dapat dipahami secara logika dan dapat
dipraktikkan oleh siapa saja dan di mana saja. Siapapun yang memiliki tekad
gigih dan penuh semangat untuk mengembangkan dalam dirinya masing-masing, akan
memperoleh berkah utama. Mereka tak terkalahkan di manapun juga, dan aman
berjalan ke mana juga.
Hukum sebab dan akibat
tentang perbuatan (Kamma), merupakan salah satu pokok keyakinan mendasar
umat Buddha. Berkaitan dengan Kamma, berkah merupakan ragam bentuk
kebahagiaan sebagai hasil dari akumulasi kebajikan yang telah dilakukan dalam
kehidupan ini dan kehidupan sebelumnya. Juga, sebagai kondisi untuk menanam
kebajikan dalam kehidupan ini, agar dapat tetap meraih berkah utama pada
kehidupan selanjutnya.
Singkatnya, berkah
utama adalah akibat dari hasil kebajikan yang telah dilakukan sebelumnya.
Serta, menjadi sebab yang harus diperjuangkan dalam kehidupan ini agar menjadi
akibat pada kehidupan mendatang. Dengan kata lain, berkah bukanlah sesuatu yang
muncul secara tiba-tiba, tetapi berhubungan erat dengan Kamma’
Guru Agung Buddha
menekankan pentingnya setiap manusia secara aktif menjalankan aspek-aspek
berkah utama untuk memperoleh berkah kebahagiaan duniawi dan spiritual. Berkah
bukan hanya sebagai hasil yang diharapkan, tetapi yang terpenting bagaimana
menjalankan aspek-aspek berkah utama untuk memperoleh berkah.
Untuk meraih berkah
dalam kehidupan, tidak ada jalan lain. Yaitu: dengan melakukan banyak kebajikan
dan mempraktikkan langsung Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan melatih disiplin kemoralan (sīla), mengembangkan konsentrasi (samādhi), dan
memperoleh kebijaksanaan (paññā).
Yang semuanya itu
mengacu pada inti ajaran Para Buddha, yaitu: tidak melakukan segala bentuk
kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan, dan menyucikan hati dan pikiran.
Dengan berusaha untuk mempraktikkannya dalam kehidupan, maka kita telah
mengondisikan hadirnya berkah yang dicita-citakan.
Marilah, meraih berkah
dalam kehidupan dengan melaksanakan Dhamma secara tekun dan konsisten. Karena
pada dasarnya, berkah merupakan proses dan hasil tindakan untuk menjauhi
kejahatan, memperbanyak kebajikan, dan membersihkan batin.
Semoga semua berkah
kebajikan melimpah kepada semua makhluk.
Semoga semua makhluk
berbahagia.*(mi_dhata)
Biodata Penulis:
Nama : Miguel
Dharmadjie, S.T., CPS®, CCDd®
Profesi : Pembicara Publik, Dhammaduta,
Penyuluh Agama Buddha Non PNS, Penyuluh, Informasi Publik (PIP), dan Penulis.