Makassar (Kemenag Sulsel) — Perjalanan haji tak selalu diiringi kemudahan. Bagi Ibu Anisah Naharuddin, jemaah asal Kabupaten Soppeng yang tergabung dalam Kloter 6 Embarkasi Ujung Pandang, ibadah tahun ini menjadi momen penuh haru dan ketabahan.

Saat akan menjalankan lontar jumrah di Mina, salah satu ritual penting dalam ibadah haji, beliau menerima kabar bahwa rumahnya di kampung halaman terbakar. Mendengar hal itu, Ibu Anisah tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Namun dengan penuh keimanan, ia mencoba menguatkan hati dan tetap melanjutkan ibadahnya hingga selesai.

“Saya tidak bisa berkata-kata saat pertama dengar kabarnya. Tapi saya tahu, ini semua kehendak Allah. Saya ikhlas. Mungkin ini adalah ujian agar saya lebih mendekat kepada-Nya,” ucapnya saat diwawancarai di Asrama Haji Sudiang

Meski kehilangan harta benda, Ibu Anisah memilih untuk mengikhlaskan segalanya dan menjadikan musibah ini sebagai ladang pahala serta bentuk ujian keimanan.

“Saya serahkan semuanya kepada Allah. Semoga rumah bisa dibangun kembali, dan semoga saya pulang dengan haji yang mabrur,” tambahnya.

Kisah Ibu Anisah menjadi pengingat bahwa ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang penuh pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan. (Ajeng)